Salin Artikel

Dugaan Malapraktik di Indramayu, Polisi Bongkar Makam Korban

Tindakan itu dilakukan karena polisi ingin mengotopsi jenazah Kartini dan anaknya untuk penyelidikan. 

"Pembongkaran ini langsung ditangani oleh dokter dari Bidokkes Polda Jabar," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Indramayu AKP Hilal Adi Imawan, Selasa (2/1/2024). 

Dalam upaya mengungkap dugaan malapraktik ini, polisi juga sudah memeriksa enam orang saksi. 

Mereka merupakan adalah suami korban, keluarga korban, serta bidan Puskesmas Kertawinangun.

Sedangkan dari rumah sakit belum ada yang diperiksa. 

Hilal mengatakan, sudah melayangkan surat pemanggilan kepada perwakilan rumah sakit sejak pekan lalu. 

Namun, ada permintaan penundaan pemeriksaan. 

"Kami agendakan pemeriksaan terhadap pihak rumah sakit pada minggu depan," ujar dia.


Sebagai informasi, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) MA Sentot Patrol Indramayu menjadi sorotan setelah ibu dan bayinya meninggal saat proses persalinan.

Kartini (23) warga Desa Kertawinangun, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu meninggal bersama dengan bayinya pada Selasa (19/12/2023) sekitar pukul 22.00 WIB.

Pihak keluarga memilih lapor polisi karena menduga adanya malapraktik saat persalinan Kartini.

RSUD MA Sentot Patrol Indramayu, akhirnya buka suara terkait dugaan tersebut.

Dirut RSUD MA Sentot Patrol, dr Ndaru mengklaim pihaknya menangani bayi tersebut sesuai prosedur operasi standar.

"Awalnya kami mendapat pasien rujukan dari puskesmas, diprediksi oleh puskesmas ada pasien) dengan kelainan PB," ujar dia saat konferensi pers di rumah sakit setempat, Rabu (20/12/2023).

Ndaru menjelaskan, di RSUD MA Sentot Patrol, pasien dilayani sesuai prosedur medis yang semestinya.

Dia juga mengklaim sudah melakukan upaya maksimal untuk menyelamatkan ibu dan bayinya tersebut.

"Tapi kenyataannya, hasilnya (pasien) tidak bisa diselamatkan," ujar dia.

Bidan maupun tenaga medis yang menangani pasien disebutnya sebagai petugas yang berpengalaman.

"Ke depan kita akan melakukan evaluasi, tujuannya untuk menekan angka kematian ibu dan bayi, termasuk pelayanan juga," ujar dia.

Terkait laporan keluarga Kartini ke polisi, pihaknya mengaku akan kooperatif.

"Kita akan kooperatif, kita juga tidak akan menutup-nutupi kejadian yang sebenarnya," ujar Ndaru.

Rumah sakit ditegaskan akan membantu polisi saat proses penyelidikan. Selain akan kooperatif, RSUD MA Sentot Patrol juga akan melakukan mediasi dengan keluarga pasien.

"Karena bagaimana pun rumah sakit sangat bertanggungjawab soal pasien yang dirawat, intinya ini menjadi pelajaran yang berharga dan nantinya ini agar kita bisa meningkatkan pelayanan yang lebih baik," ujar dia.

Versi keluarga

Sementara itu Tarsun (30), suami Kartini berharap polisi bisa mengusut tuntas kematian istri dan anaknya saat persalinan.

Saat kejadian, pihak keluarga sempat melakukan siaran langsung di media sosial hingga akhirnya kematian Kartini dan bayinya viral di media sosial.

Dalam video berdurasi 21 menit 16 detik yang beredar tersebut, Tarsun hanya mampu terduduk lemas sembari bercucuran air mata.

Saat melakukan melapor ke polisi didapingi pengacar, terlihat kesedihan di raut Tarsun, pria yang baru saja kehilangan istri dan anak pertamanya itu.

"Pas sampai RS MA Sentot Patrol itu sama sekali gak dilayani, sampai 2-3 jam baru ditangani, itu juga sebentar," ujar dia saat ditemui di Polres Indramayu.

Tarsun pun berulang kali mengungkapkan kekecewaannya kepada pihak rumah sakit.

Suti, saudara korban yang sekaligus perekam video juga ikut menjelaskan. Selain pelayanan yang buruk, penanganan yang dilakukan tiga bidan rumah sakit tidak baik.

"Kan awalnya vagina (korban) bengkak, korban itu juga sudah enggak kuat, saya bilang ke tiga suster, bu sudah bu sesar saja kasihan," ujar dia.

Namun permintaan keluarga tidak ditanggapi sama sekali. Bidan yang menangani korban tetap memaksa agar korban melahirkan secara normal.

Kala itu Suti mengaku sudah tak kuasa melihat kondisi korban dan memutuskan keluar ruangan.

Setelah penanganan, darah bercucuran dari vagina korban.

Tarsun menceritakan, tindakan buruk lainnya juga terjadi saat kepala bayi sudah keluar setengahnya.

Saat itu oleh bidan, tali pusar bayi langsung dipotong hingga membuat anak pertamanya yang baru lahir tersebut langsung meninggal dunia.

"Jadi nariknya itu gak pelan-pelan, perut istri saya ditekan langsung ditarik. Bayi saya meninggal duluan, selang 15 menit istri saya juga meninggal," ujar dia.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Update Kasus Ibu dan Bayi Meninggal di Indramayu karena Malapraktik, Pihak RS Diperiksa Minggu Depan.

https://bandung.kompas.com/read/2024/01/03/070418678/dugaan-malapraktik-di-indramayu-polisi-bongkar-makam-korban

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke