Salin Artikel

Hari Pertama Sekolah, Anak di Dayeuhkolot Harus Terobos Banjir Luapan Citarum

Pantauan di lapangan, anak-anak sekola tersebut, terlihat menenteng sepatu mereka.

Sebagian dari mereka membawa celana ganti, sambil melewati banjir yang merendam kampung mereka sejak kemarin.

Banjir tersebut mereka lewati dengan berjalan kaki, baik saat berangkat dan pulang dari sekolah.

Tidak hanya menenteng sepatu, berbagai cara agar seragam tidak terlihaht terlalu basah pun mereka lakukan.

Ada yang terlihat menyingsingkan baju, ada yang menjingjing sepatunya, ada pula yang memilih memasukkan sepatunya ke dalam tas.

Arka (8) salah satu murid kelas satu di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 5 Zipur mengatakan setiap kali datang banjir dan kebetulan bertepatan dengan waktu masuk sekolah, harus mempersiapkan peralatan lebih agar memastikan perlatan sekolahnya tetap kering.

"Sekarang hari pertama sekolah, saya sekolah di SDN 5 Zipur (Dayeuhkolot)," katanya ditemui saat pulang sekolah.

Meski sudah mempersiapkan alat lebih, Arka mengaku tetap saja sebagaian besar peralatan sekolahnya basah.

Apalagi, kata dia, kalau banjir seperti hari ini yang mencapai tinggi 50 sentimeter.

"Sekarang pulang, jadi basah celana juga enggak apa-apa. Tadi pas berangkat juga banjir," jelasnya.


Hal serupa juga dilakukan Sandi (12) salah seorang murid kelas 6 di SDN Ziput 5, ia menyebut sendal, hingga celana ganti kerap di bekal untuk persiapan pulang.

"Ya kalau perginya banjir kaya gini, kadang harus pakai celana biasa dulu sepatu di masukin plastik," kata Sandi.

Sandi mengaku hari pertama masuk sekolah dalam kondisi banjir cukup merepotkannya.

"Iyah, hari ini sedikit repot karena hari pertama masuk sekolah," tuturnya.

Meski masih bisa dilewati dengan berjalan kaki, Sandi mengaku tidak bisa berbuat banyak, lantaran sudah tidak ada perahu yang mengantarnya sekolah.

"Jalan kaki aja, soalnya enggak ada perahu," ujar Sandi.

Sandi mengatakan, sekalipun banjir tetap harus berangkat sekolah karena hari ini merupakan hari pertama masuk sekolah.

"Iya sekolah aja, di sini mah emang suka banjir," katanya.

Ketinggian banjir akibat luapan Sungai Citarum hari ini mencapai 50 sentimeter bahkan di beberapa titik ada yang sudah mencapai ketinggian 60 sentimeter.

Yadi (40) salah seorang warga membenarkan jika titik terdalam berada di dalam gang, ketinggian air ada yang mencapai 1,2 meter.

Air luapan Sungai Citarum, kata dia, mulai masuk dan volumenya mulai besar pada pukul 03.00 WIB pagi tadi.

"Tadi jam 08.00 WIB sudah banjir, airnya sudah mulai besar volumenya tadi pagi," kata Yadi.

Yadi mengungkapkan, meski banjir aktivitas anak-anak untuk bersekolah tetap berlangsung.

"Kalau banjirnya dalam, paling menggunakan perahu. Tapi tergantung kondisi banjirnya juga, kalau banjirnya besar, biasanya gak sekolah karena khawatir juga diperjalanan, apalagi anak SD," katanya.

https://bandung.kompas.com/read/2024/01/08/113539478/hari-pertama-sekolah-anak-di-dayeuhkolot-harus-terobos-banjir-luapan-citarum

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com