Salin Artikel

Tarif Puskesmas di Kota Bandung Naik 5 Kali Lipat, Warga: Pelayanan Harus Ditingkatkan

BANDUNG, KOMPAS.com - Pemerintah Kota Bandung menaikkan tarif retribusi pelayanan Puskesmas dari Rp 3.000 menjadi Rp 15.000. Kenaikan tarif ini menyesuaikan harga kebutuhan medis yang berubah.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Anhar Hadian mengatakan, kenaikan tarif retribusi pelayanan Puskesmas berlaku mulai 5 Januari 2024.

Meski naik, penyesuaian tarif itu tidak berpengaruh pada masyarakat pengguna BPJS dan Universal Health Coverage (UHC).

"Perubahan tarif layanan Puskesmas berdasar pada Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 Tahun 2024 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah," katanya, Kamis (11/1/2024).

Adanya penyesuaian tarif pelayanan Puskesmas ini mendapatkan reaksi beragam dari warga Kota Bandung.

Seperti yang diungkapkan Anna Mala Agustina (32) warga Jatihandap. Dirinya mengetahui besaran kenaikan tarif retribusi tersebut dari media massa.

Dia menyayangkan kenaikan yang mencapai lima kali lipat dari nominal tarif sebelumnya.

Walaupun tak memberatkan baginya yang memiliki penghasilan sebagai pegawai swasta, namun kenaikan tersebut dinilainya membebankan bagi warga kurang mampu.

"Sebenarnya bagi saya tidak ada masalah naik menjadi Rp15.000 tapi kan bagi yang kurang mampu kayaknya cukup mahal. Apalagi bagi yang tidak di-cover sama pemerintah," kata Anna saat ditemui di kawasan Jalan Moh Toha, Kamis (11/12024).

Randi Ilham (32) warga Panghegar menilai kenaikan tarif tersebut harus dibarengi dengan peningkatan pelayanan kesehatan bagi warga.

"Kalau begitu harus juga dibagusin lagi Puskesmas di Kota Bandung. Kan tarifnya naik, harus bagus juga pelayanan sama obat yang diberikan ke warga yang berobat," ucapnya.

Selain itu, dia meminta Pemkot Bandung untuk menyosialisasikan perihal kebijakan yang sudah dibuat. Sehingga warga tak kaget bahwa tarif retribusi Puskesmas sudah naik.

"Kalau saya sendiri beberapa kali berobat ke Puskesmas. Sekali berobat murah banget hanya Rp 3.000. Tapi kan gak semua warga juga tahu biayanya sudah naik," tambah Randi.

Sementara itu, seorang Ibu Rumah Tangga bernama Enung Jubaedah (53) warga Arcamanik yang sering berobat ke Puskemas ini mengaku tak keberatan dengan tarif baru. Asalkan tarif BPJS Kesehatan tidak naik.

"Gimana ya, kalau soal biaya saya gak keberatan soalnya berobat ke Puskemas juga pakai BPJS Kesehatan. Asal jangan tarif BPJS aja yang naik," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2024/01/11/175605278/tarif-puskesmas-di-kota-bandung-naik-5-kali-lipat-warga-pelayanan-harus

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com