Salin Artikel

Atap SMP Negeri di Cirebon Ambruk, 6 Pelajar Terluka

Sebanyak enam dari total 32 orang pelajar yang sedang mengikuti kegiatan belajar mengajar dilaporkan menjadi korban.

Pihak sekolah langsung membawa seluruhnya ke puskesmas terdekat.

Beberapa potongan video kondisi siswa siswi SMPN 2 Greged setelah kelasnya ambruk ini sempat beredar di sejumlah media sosial sekitar Kabupaten Cirebon.

Sebagian siswa juga tampak dalam kondisi berbaring kesakitan. Seragam yang mereka kenakan juga tampak kotor lantaran terkena debu material atap yang ambruk.

Kepala Sekolah SMPN 2 Greged, Heriyanto, menyebut kejadian ini menimpa dua ruangan yakni: ruang kelas belajar 7B dan ruang guru.

Peristiwa ini berlangsung saat kegiatan belajar mengajar berlangsung pada sekitar 09.00 WIB.

Saat itu, Heriyanto sedang keliling sekolah, dan baru keluar dari ruang guru.

Hanya berselang berapa detik, atap bangunan ruang kelas 7B dan ruang guru, ambruk.

"Jam 09.00 WIB, saya habis keliling ruang guru, saya keluar, tiba tiba ada suara kaya retak dan ambruk gitu. Langsung saya lari dan masuk ruang kelas," kata Heriyanto saat ditanya Kompas.com di lokasi, Jumat (12/1/2024) siang.

Heri kaget, tapi merasa beruntung karena saat melihat ke dalam kelas sebagian besar anak-anak sudah berada di kolong meja belajar untuk berlindung.

Dari total 32 pelajar yang sedang mengikuti kegiatan belajar mengajar, enam pelajar mengalami luka-luka.

"Saya mengecek dan langsung menghubungi pihak puskesmas, bahwa ada enam orang siswa dan siswi kita luka ringan, dan sekarang sudah dibawa pulang semuanya. Jumlah siswa yang ada di kelas 32 orang," tambah Heri.


Sebanyak enam siswa mengalami luka ringan di bagian kepala.

Namun, sebagian besar siswa mengalami syok akibat atap yang ambruk tepat berada di atas kepala mereka.

Pihak guru dan puskesmas langsung memberikan penanganan kepada seluruh siswa.

Saat kejadian juga, ungkap Heri, empat orang guru berada di ruang dan mejanya masing-masing. Mereka mendengar suara retak-retak dan langsung keluar untuk memeriksa.

Beberapa langkah keluar dari ruang guru, atap ruangan ambruk seketika, sehingga tidak ada guru yang terluka.

Heriyanto juga tidak mengerti mengapa atap di dua buah ruangan tersebut ambruk. Pasalnya, atap bangunan keduanya baru direhabilitasi pada 2022.

Akibat kejadian ini, ruangan yang rusak dan tidak dipergunakan kian bertambah.

Pasalnya, tiga ruang kelas 7A, 7B dan 7C, yang berada di sisi paling selatan, juga sudah tidak digunakan sejak beberapa waktu lalu.

Pihak sekolah memasang bambu sebagai pembatas agar tidak membahayakan siswa-siswi sekitar.

SMPN 2 Greged, tambah Heri, memiliki sembilan rombongan belajar dengan jumlah 302 siswa.

Akibat kejadian ini, pihak sekolah akan mengatur ruang belajar agar dapat memfasilitasi kegiatan belajar mengajar para siswa.

Heri berharap Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon dapat segera memberikan bantuan berupa pembangunan ruang belajar.

Hal ini sangat dibutuhkan segera agar para siswa dapat kembali belajar dengan aman dan nyaman.

https://bandung.kompas.com/read/2024/01/12/170853578/atap-smp-negeri-di-cirebon-ambruk-6-pelajar-terluka

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com