Salin Artikel

Kesaksian Guru yang Selamatkan Pelajar Korban Atap Ambruk, Siswa Menjerit Histeris

CIREBON, KOMPAS.com - Evi Sukaesih masih berkaca-kaca. Yang ada dibayangannya adalah wajah siswa-siswinya yang menjerit menangis saat atap ruang belajar ambruk ketika mereka sedang mencatat pelajaran.

Evi masih shok, namun merasa sangat beruntung telah selamat dalam musibah itu.

Kepada Kompas.com, Evi bercerita, sekitar pukul 09.00 WIB, dirinya sedang mengajarkan makhluk hidup kepada sekitar 32 pelajar kelas 7B. Evi tiba-tiba mendengar suara seperti kayu retak dan patah sehingga mengecek keluar kelas dan berkeliling.

"Anak anak kan lagi nyatet pelajaran. Mereka bilang, Bu kok ada suara keretek-keretek. Ya udah ibu cek, barangkali kerjaan anak-anak lain. Akhirnya saya keluar kelas," kata Evi di depan ruang kelas yang ambruk.

Evi kemudian mengajak empat orang guru yang berada di ruang guru, yang menempel dengan ruang kelas 7B. Mereka berempat akhirnya keluar ruangan, dan ikut mengecek kondisi sekitar.

Namun, baru beberapa langkah keluar dari ruang guru, tiba-tiba atap dua ruangan, kelas 7B dan ruang guru, ambruk. 

Evi sontak menjerit kaget dan berteriak mengingat anak-anaknya masih berada di dalam kelas. Bahkan saat hendak berlari, genteng dari ruang guru pun jatuh menimpa. 

Evi tak kuasa mendengar jeritan tangisan siswa siswi di kelas. Beruntung, sebagian besar dari mereka langsung sigap masuk ke kolong meja untuk berlindung.

"Saya ke arah sana, langsung ambruk ya Bu, lari mau ke anak-anak kejatuhan ini, panik sekali. Nangis aja saya tuh, Pak, ingat anak-anak. Saya lari mau nyelamatkan anak-anak," kata Evi dengan mata berkaca-kaca.

Guru mata pelajaran IPA ini langsung mengajak guru lainnya menolong seluruh siswa yang terjebak di tengah reruntuhan atap dengan material baja ringan dan juga genteng tanah liat.

Dia tidak ingat berapa jumlah siswa yang terjebak karena sebagian siswa ada yang berhasil langsung keluar kelas.

Hilmah, guru matematika SMPN 2 Greged menyebut, dalam peristiwa ini Evi berjasa untuk para siswa dan guru-guru sekitar.

Dikatakan Hilmah, Evi dikenal sebagai salah satu yang proaktif menyampaikan pesan siaga kebencanaan. Dia beberapa kali terlibat bersama pihak Tagana (tanggap bencana) Kabupaten Cirebon, sosialisasi kebencanaan.

"Ini pahlawan nya, Pak. Kalau Bu Evi tidak keluar kelas dan ngajak guru-guru cek sekitar, sepertinya tertimpa reruntuhan. Siswa juga langsung berlindung di bawah meja, karena sudah diajarkan oleh Bu Evi yang juga anggota Tagana Cirebon," kata Hilmah kepada Kompas.com

Meski dalam kepanikan, seluruh guru dan kepala SMPN 2 Greged langsung menangani seluruh siswa.

Mereka berkoordinasi dengan Puskesmas Greged untuk melakukan pengobatan bagi siswa yang luka, dan juga menenangkan lantaran banyak siswa yang mengalami syok.

https://bandung.kompas.com/read/2024/01/12/180705978/kesaksian-guru-yang-selamatkan-pelajar-korban-atap-ambruk-siswa-menjerit

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com