Salin Artikel

Bendungan Sukamahi, Pengendali Banjir dengan Konsep Bendungan Kering

KOMPAS.com - Bendungan Sukamahi adalah bendungan kering yang berada di Desa Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Bersama Bendungan Ciawi, Bendungan Sukamahi bendungan kering (dry dam) yang pertama di Indonesia.

Dibangunnya Bendungan Sukamahi sebagai bendungan kering difungsikan untuk menahan debit air di hulu Sungai Ciliwung.

Dengan begitu, debit yang keluar dari bendungan ini dapat dikendalikan dalam debit normal hingga Bendung Katulampa (control room) ke hilir di Jakarta.

Pembangunan bendungan ini memang menjadi bagian dari rencana induk sistem pengendalian banjir (flood control) dari hulu hingga hilir untuk mengurangi kerentanan banjir di kawasan Metropolitan Jakarta.

Sejarah Bendungan Sukamahi

Menilik sejarahnya, pembangunan bendungan ini sudah direncanakan sejak tahun 1990-an, namun baru mulai dibangun pada 2017.

Kontrak pembangunan Bendungan Sukamahi ditandatangani pada 21 Desember 2016 dengan kontraktor PT.Wijaya Karya-Basuki KSO dengan nilai Rp693 miliar.

Pembangunannya dilakukan di bawah tanggung jawab Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung-Cisadane, Ditjen Sumber Daya Air, dan Kementerian PUPR.

Peresmian Bendungan Sukamahi juga telah dilakukan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Jumat, 23 Desember 2022.

Profil Bendungan Sukamahi

Bendungan Sukamahi memiliki desain tipe urugan random inti miring dengan tinggi puncak 55 meter, lebar 9 meter, dan panjang 169 meter.

Daya tampung Bendungan Sukamahi adalah sebesar 1,68 juta meter kubik dengan luas area genangan sebesar 5,23 hektare.

Dengan kapasitas yang dimiliki, Bendungan Sukamahi diperkirakan dapat mereduksi banjir sebesar 15,47 meter kubik per detik.

Lebih lanjut, pengoperasian Bendungan Sukamahi juga berbeda dengan bendungan lain karena baru akan digenangi air pada musim hujan. Sementara pada musim kemarau kondisi bendungan ini akan cenderung kering.

Air hujan hanya ditampung sementara dan dialirkan sekecil mungkin ke Sungai Ciliwung, sehingga dapat diatur debit yang harus mengalir saat musim hujan.

Selain itu, pengoperasian bendungan ini juga akan menggunakan Aplikasi Sistem Manajemen Air Terpadu (SIMADU) Kementerian PUPR.

Aplikasi ini akan memanfaatkan data klimatologi dari BMKG yang menampilkan laporan kejadian banjir dan kekeringan, prakiraan cuaca dan hari tanpa hujan, termasuk prakiraan banjir dan kekeringan.

Potensi Kawasan Bendungan Sukamahi

Tidak sampai disitu, kawasan Bendungan Sukamahi juga memiliki berbagai potensi yang siap dikembangkan.

Sebagai kawasan terpadu, area sabuk hijau atau greenbelt bendungan ini juga didesain untuk dikembangkan menjadi forest conservation park atau hutan konservasi.

Hutan konservasi ini nantinya mempunyai fungsi utama untuk menjaga kelestarian dan keberlangsungan tumbuhan khas setempat, seperti pohon Suren dan Damar.

Selain itu, kawasan Bendungan Sukamahi telah disiapkan sebagai tujuan wisata dengan mengembangkan konsep Ecotourism Park atau Taman Ekowisata.

Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kawasan konservasi pada Bendungan Sukamahi.

Kawasan ini juga akan dilengkapi fasilitas pendukung lain dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pariwisata, seperti garden in the forest, trail/track, rest area, dek wisata, toilet, signage, dan pusat informasi.

Fasilitas lain yang yang dipersiapkan adalah penginapan, taman, rumah kaca (greenhouse), dan tempat ibadah.

Pada saat peresmian, sudah berdiri kawasan rumah hidroponik dengan memanfaatkan areal pembuangan (disposal) material sisa pembangunan Bendungan Sukamahi yang dibangun sesuai arahan Menteri PUPR.

Selain itu, ada juga lapangan olahraga gateball berukuran 20 meter dengan lebar 15 meter sebagai salah satu area rekreasi di Bendungan Sukamahi.

Sumber:
sda.pu.go.id 
pu.go.id  
pu.go.id  
kompas.id  

https://bandung.kompas.com/read/2024/01/14/230738178/bendungan-sukamahi-pengendali-banjir-dengan-konsep-bendungan-kering

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke