Salin Artikel

Cerita Kustini, Ojol yang Sepeda Motornya Hilang dan Rumahnya Ambruk Diterjang Banjir Bandang

Material kayu yang menghalangi bagian depan rumah warga serta gang kecil di area RW 17 yang menjadi pemukiman terdampak paling parah tak luput dari mata dan tangan Kustini. Perempuan ini fokus mencari sesuatu.

Dengan kerudung coklat serta pakaian hitan juga tanpa alas kaki, Kustini terus mencari dan menanyakan sesuatu kepada warga yang ada di sekitar.

Sesekali Kustini terlibat obrolan panjang bersama warga yang juga menjadi korban bencana banjir bandang.

Saat banjir banjir bandang terjadi, Kustini memarkirkan sepeda motornya di jalan yang berdekatan dengan titik tangguk jebol.

"Memang saya biasa parkir motor di situ, hampir semua warga yang rumahnya tidak cukup untuk menyimpan motor ya pasti disimpan di situ," katanya ditemui di lokasi, Selasa (16/1/2024).

Tidak hanya motor miliknya, beberapa sepeda motor warga yang lain juga sampai saat ini masih belum diketahui keberadaanya.

"Kurang lebih ada 10 motor lah yang parkir di sana sebelum kejadian," ujar Kustini.

Asumsi itu yang membuat perempuan itu dan warga yang lain lebih memilih memmarkirkan kendaraan di sana.

"Tanggul jebol (dekat sepeda motornya) jadi penyebab banjir bandang, dan motor saya hanyut, sampai sekarng belum ditemukan," jelas dia.

Ia mengatakan sudah membuat laporan kepada Tim SAR terkait hal tersebut. Namun, sampai saat ini belum ada kabar baik.

Baginya, sepeda motor tersebut bukan hanya sekedar alat transportasi atau meringankan aktivitas.

Lebih dari itu, dengan sepeda motor tersebut dia bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kustini berprofesi sebagai ojek online (Ojol) wanita. Dengan sepeda motor matik itu, ia bisa menghidupi anaknya Keysa (15) dan Ibunya Aminah (59).

"Kalau enggak ada motor saya dapet uang dari mana, Motor itu sangat penting bagi saya, saya tak bisa kerja. Sebab tak ada kerjaan lain untuk bisa memenuhi kebutuhan ibu dan anak saya," ujar Kustini sambil menahan derai air mata.

Meski sulit, ibu tunggal satu anak ini mengaku tak mau meyerah. Ia akan terus mengontrol setiap kali Tim SAR melakukan pembersihan material.

Menurutnya, pencarian motornya yang terbawa arus banjir bandang itu sulit karena banjirnya membawa sampah dan lumpur, hingga jika tertimbun tak terlihat.

"Sekarang juga banyak sampahnya, ini di bawah tumpukan sampah ini terlihat ada motor. Motor saya warna biru putih," bebernya.

Ia menyakini motornya berada di salah satu tumpukan material sampah dan lumpur yang terbawa akibat luapan sungai Cigede.

Pasalnya, ia sempat ditunjukan warga, jika dalam salah satu tumpukan sampah terdapat motor ber-shock breaker merah.

"Tapi enggak tahu motor saya ada di situ atau tidak," ujarnya.


Rumah ambruk

Saat ini Kustini terpaksa harus mengungsi ke rumah saudaranya yang berada di Kampung Pasigaran yang berseberangan dengan Kampung Lamajang Peuntas.

Selain sepeda motornya yang belum ditemukan, Kustini juga harus menelan pil pahit rumah yang ditempatinya selama bertahun-tahun sudah rata diterjang derasnya aliran sungai Cigede.

Sebelum terjadi banjir bandang, ia sempat menitipkan anaknya di rumah kakaknya yang memiliki lantai dua.

Sementara, saat itu ia dan sang Ibu tengah berada di rumah setelah membereskan barang antisipasi terjadi banjir.

"Biasanya banjir bertahap dan paling tinggi sekitar 1 meter. Tapi banjir kemarin, tiba-tiba air tinggi. Saya sudah naik ke tempat tinggi di rumah air terus naik," imbuhnya.

Saat air datang, ia mengaku panik, dia berupaya menyelamatkan diri bersama ibunya karena banjir tak seperti biasanya, air langsung tinggi dan deras.

Namun, air terus naik, akhirnya ia menjebol atap.

"Saya sudah naik paranggong (tempat tinggi seperti meja yang dibuat untuk menyimpan barang jika banjir) namun air terus naik. Saya jebol atap, untuk menyelamatkan diri, saat itu tak terpikir apapun hanya bagaimana saya dan ibu bisa menyelamatkan diri, " katanya.

Usai menjebol atap, ia bersama ibunya naik ke atas genteng. Kemudian, tetangga sebelah rumahnya, menolong mereka dan mengevakuasi ke atap rumah tetangganya yang sudah di cor semen.

"Untungnya ibu diberi kekuatan untuk naik ke genteng, di atas genteng, saya teriak teriak minta tolong. Saya dan ibu ditolongnya dibawa ke rumahnya yang atapnya dicor, menyusuri genteng dan akhirnya bisa naik ke rumah tetangga itu," ungkap dia.

Kustini mengatakan, saat di atap rumah tetangganya, ia melihat rumahnya ambruk dihantam derasnya air banjir bandang saat itu.

Baru pada Jumat dini hari, ia dan sang Ibu dievakuasi Tim SAR.

"Untung saya sudah naik ke rumah tetangga. Akhirnya Jumat sekiranya pukul 01.00 WIB, ada tim sar mengevakuasi. Saya dievakuasi dengan cara di punggung (duduk diatas pundak tim SAR), lalu tim SAR berjalan dengan memegang tambang menyusuri gang," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2024/01/16/134953678/cerita-kustini-ojol-yang-sepeda-motornya-hilang-dan-rumahnya-ambruk

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke