Salin Artikel

Cerita Pasutri Lindungi Anak dari Reruntuhan Rumah yang Tertimpa Pohon

Peristiwa pohon tumbang yang menimpa atap rumahnya pada Kamis (18/1/2024) dini hari, sungguh menjadi mimpi buruk bagi pasangan ini.

Keduanya berusaha menutupi reruntuhan atap rumah, demi melindungi anak mereka yang masih berusia tiga tahun.

Mata Sukeni, ibu kandung Ayunda, yang mengetahui peristiwa itu, juga kembali berkaca-kaca.

Dia merasa sangat beruntung anak, menantu, serta cucunya selamat dalam peristiwa itu.

"Tadi malam tuh, panik, takut, gemetar, nangis, campur aduk mas. Anak teriak, saya teriak, warga langsung berlarian, terus rame di sini, bareng-bareng mau beri bantuan," kata Sukeni saat ditemui di rumahnya pada Kamis pagi.

Saat itu, Sukeni melihat anaknya, yang berusaha melindungi cucunya di kamar depan.

Begitu juga Andi, menantu Sukeni, yang berusaha melindungi Ayunda yang terkena atap berupa plafon dan genteng.

Akibat kejadian ini, Andi mengalami luka lecet dan bengkak di kening, sementara Ayunda bengkak di bagian kaki kanan dan kiri. Keduanya tertimpa material reruntuhan atap rumah.

"Kalau mantu, ini (kening) berdarah, dan bengkak sampai sekarang. Kalau anak, ini (kaki kanan kiri) terluka dan juga bengkak, karena lindungi anaknya," kata Sukeni sambil menunjukan dan memeragakan posisi anak dan menantunya.

Hingga Kamis siang, keduanya pun masih trauma dan diistirahatkan di rumah saudara lainnya. 

Kepala Polsek Depok Polresta Cirebon, AKP Affandi, menyampaikan pohon tumbang ini terjadi pada Kamis dini hari sekitar pukul 01.00 WIB.

Polisi menerima laporan beberapa jam setelah kejadian. Saat itu juga, petugas yang piket berusaha ke lokasi untuk melakukan bantuan awal.

"Sebelumnya pohon itu yang sudah terlihat tua, dan rapuh sehingga pohon menimpa rumah warga, kita langsung ke TKP," tambah Affandi.

Pohon tumbang ini, sambung Affandi menimpa dua buah rumah, yakni milik Sukeni dan Aniri yang bersebelahan.

Di rumah Sukeni terjadi kerusakan pada bagian atap dan depan rumah. Sementara, rumah Aniri mengalami kerusakan di bagian atap di bagian belakang bangunan.

Berdasarkan informasi yang diterima Affandi, pohon Sana tersebut diperkirakan berusia ratusan tahun.

Pasalnya, warga setempat yang sudah sepuh, menyebut pohon tersebut sudah ada sebelum orangtua mereka lahir.

Sehingga, kata Affandi, dimungkinkan, kerapuhan juga menjadi salah satu faktor penyebab rubuhnya pohon tersebut.

Faozan, Koordinator Lapangan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, menyebut, hujan deras dan angin kencang melanda sebagian besar wilayah Kabupaten Cirebon.

Durasi cuaca yang terus hujan dan angin juga berlangsung cukup lama dari Rabu sore hingga Kamis dini hari.

"Awalnya hujan deras dan angin kencang terlebih dahulu, dan ini terjadi hampir merata di wilayah Kabupaten Cirebon sepanjang Rabu petang hingga malam," kata Faozan saat ditemui di lokasi.

Faozan menyebut, kejadian pohon tumbang juga terjadi di Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon.

Dia mengaku, BPBD membagi beberapa petugas untuk melakukan penanganan pohon tumbang yang masih menimpa rumah warga.

https://bandung.kompas.com/read/2024/01/18/152636878/cerita-pasutri-lindungi-anak-dari-reruntuhan-rumah-yang-tertimpa-pohon

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com