Salin Artikel

15 Tahun Mencari Restu Warga, Umat Katolik Bandung Barat Akhirnya Punya Gereja

Rumah ibadah yang diperjuangkan selama 15 tahun lamanya akhirnya mulai dibangun.

Rumah ibadah umat katolik itu dinamakan Gereja Santo Benediktus, gereja itu dibangun di kawasan Kota Baru Parahyangan, Desa Kertajaya, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat.

"Alhamdulillah setelah 15 tahun prosesnya, hari ini dilaksanakan peletakan batu pertama pembangunan gereja," ujar Penjabat (Pj) Bupati Bandung Barat Arsan Latif usai melaksanakan ground breaking pembangunan Gereja Santo Benediktus di Padalarang, Senin (22/1/2024).

Arsan menegaskan bahwa Pemkab Bandung Barat bersikap terbuka dengan izin pendirian rumah ibadah agama apa saja.

"Tidak ada masalah soal izin mendirikan bangunan rumah ibadah, karena itu sudah diatur di dalam undang-undang. Pemerintah menjamin sekali keamanan dan kenyamanan beribadah," sebutnya.

Lamanya proses izin pembangunan gereja hingga memakan waktu 15 tahun ini disebabkan sulitnya masyarakat katolik untuk mendapatkan restu pendirian gereja dari masyarakat.

Sebelum memulai pembangunan gereja, ada syarat yang harus dipenuhi yakni minimal 90 jemaah, harus mendapat dukungan paling sedikit 60 warga sekitar, rekomendasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), dan rekomendasi dari Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Bandung Barat.

Ketua Panitia Pembangunan Gereja Santo Benediktus sekaligus Rektor Universitas Parahyangan (Unpar) Tri Basuki Joewono mengatakan, proses panjang itu saat mencari dukungan dari masyarakat sekitar.

"Sebenarnya 15 tahun itu bukan kendala. Tapi kita memang butuh interaksi dengan warga. Jadi membangun gereja itu bukan persoalan bangunannya. Tapi kita sedang membangun kerukunan," sebutnya.


Dalam membangun kerukunan umat beragama tersebut cukup membutuhkan waktu yang lama.

Masyarakat harus saling mengenal dan hidup berdampingan antar umat beragama.

"Maka kita harus sering sama-sama ngumpul, kenal, selanjutnya setelah kita kenal ngobrol butuh apa saling bantu, setelah kenal dan saling membantu itu menjadi hidup rukun. Karena kita kenal saling bantu itu maka kita dihargai dan mereka berterimakasih. Jadi masalah panjang itu karena kita perlu berkenalan sebagai sesama warga," jelasnya.

Gereja Santo Benediktus sendiri didesain oleh desainer alumnus UNPAR dengan mengkombinasikan bangunan lokal Indonesia dan spiritualitas katolik yang kuat.

Ide dasarnya mengikuti Santo Benediktus dengan prinsip bekerja dan berdoa.

"Gereja ini harapannya nanti bisa digunakan oleh sekitar 4.000 jemaah di sekitar Padalarang, Cipatat, Batujajar, Ngamprah, dan Cisarua. Jadi nanti umat tidak akan terlalu jauh untuk beribadah," tandasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2024/01/22/155529478/15-tahun-mencari-restu-warga-umat-katolik-bandung-barat-akhirnya-punya

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com