Salin Artikel

Pupuk Organik dari Kotoran Hewan, Kreasi Kolaborasi Mahasiswa Unpar dan Unisba

Para mahasiswa dari dua universitas di Kota Bandung ini membuat inovasi pupuk organik dari limbah kotoran hewan ternak di Desa Ujungjaya, Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Perwakilan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Fakultas Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan, Unpar, Whisnu Alam mengatakan, limbah kotoran hewan ternak mudah didapat, karena banyaknya peternak ayam di wilayah Ujungjaya.

"Kami melihat di Ujungjaya ini terdapat banyak peternakan ayam, dan saat itu (empat bulan lalu), kondisi pupuk langka dan petani mengeluhkan sulitnya birokrasi dalam pembuatan kartu tani."

"Jadi, kami berinisiatif untuk mengolah limbah ternak itu menjadi sesuatu yang bermanfaat, yaitu pupuk organik."

Demikian kata Whisnu yang mewakili 10 mahasiswa lainnya, di halaman Pusat Pemerintahan Sumedang (PPS), Rabu (24/1/2024).

Whisnu mengatakan, pupuk organik yang dihasilkan dari hasil KKN ini berupa pupuk padat dan pupuk cair.

Sebelum menghasilkan pupuk organik ini, timnya telah melakukan riset mendalam di wilayah KKN di Ujungjaya, Sumedang.

Mulai dari wawancara ke petani langsung hingga peternak ayam di sejumlah titik lokasi di Kecamatan Ujungjaya.

"Saat itu, kotoran dari hewan ternak itu menjadi limbah yang cukup banyak, belum ada yang melakukan proses pengolahan, mau diapakan limbah itu."

"Dan dari hasil wawancara dengan petani yang mau memasuki musim tanam tapi terkendala langkanya pupuk."

"Jadi kami berinisiatif untuk mengolah limbah ternak itu menjadi pupuk organik," tambah Vincentius Alfano Digi, dari Fakultas Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan, Unpar.

Vincentius menuturkan, proses pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik berlangsung sukses dan saat ini para petani padi, jagung, dan palawija di Ujungjaya sudah mulai menggunakannya.

"Kami telah melakukan uji coba dengan menanam jagung di lahan milik kantor Kecamatan Ujungjaya."

"Hasilnya, saat panen beberapa waktu lalu, jagungnya tumbuh dengan baik, jagung manis yang berkualitas," tutur Vincentius.

Vincentius menyebutkan, pupuk organik cair dan padat ini telah diproduksi dan dijual di Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan harga Rp 15.000 per botol untuk pupuk cair, dan Rp 8000 per tiga kilogram, untuk pupuk padat.

Muhammad Akmal Saifullah dari Fakultas syariah Program studi Hukum Keluarga Islam Unisba menyebutkan, untuk produksi pupuk organik ini, mereka memang bekerjasama dengan BUMDes, dan Pemerintah Desa Ujungjaya.

"Harapannya, semua petani ke depannya bisa menggunakan pupuk organik, di tengah keterbatasan pupuk kimia."

"Karena, penting diketahui para petani juga bahwa penggunaan pupuk organik jauh lebih baik," ujar Akmal.

Whisnu menambahkan, untuk pengembangan produksi selanjutnya diserahkan kepada pihak BUMDes dan Pemerintah Desa.

"Kami dari mahasiswa tujuannya memulai dulu, untuk sustainable-nya, kami serahkan ke BUMDes."

"Dari BUMDes-nya juga sudah tertarik dan berencana untuk memproduksi pupuk organik ini dan harapan kami, ide ini menjadi sumbangsih bagi desa yang bisa berkelanjutan," tutur Whisnu.

Sementara itu, Pj Bupati Sumedang Herman Suryatman berjanji, Pemerintah Daerah bekerjasama dengan Ikopin University akan mengembangkan produk ini.

Kreasi pupuk ini dihasilkan dari mahasiswa KKN Tematik One Village One Product dalam program Perguruan Tinggi Mandiri Gotong Royong Membangun Desa di Sumedang.

"Tentunya ini akan berkelanjutan, Pemerintah Daerah bekerjasama dengan Ikopin akan melakukan treatment lebih lanjut ke tiap BUMDes, agar nantinya produk seperti inovasi pupuk organik ini bisa diproduksi dan dipasarkan secara massal," kata Herman. 

https://bandung.kompas.com/read/2024/01/24/140716578/pupuk-organik-dari-kotoran-hewan-kreasi-kolaborasi-mahasiswa-unpar-dan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com