Salin Artikel

Tambak Udang Sisa Orde Baru "Disulap" Jadi Tambak Nila Salin

Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budi Daya (BLUPPB) menjadi percontohan budidaya nila salin.

Modelling klaster bubidaya nila salin di Karawang ini dibangun dengan luas area 36 hektar dan rencananya akan diperluas hingga 44 hektar.

"Bekas tambak udang ini sudah tidak produktif. Dan merupakan peninggalan orde baru," kata Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) RI Sakti Wahyu Trenggono di BLUPPB Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jumat (2/2/2024).

Sakti mengatakan, total investasi pembangunan budidaya kodel klaster ini mencapai angka lebih dari Rp 76 miliar. Ada pun proyeksi balik modal cuma sekitar dua tahun.

Budidaya nila salin di Karawang ini diproyeksikan dapat menghasilkan 7.070 ton per siklus atau 87,7 ton per hektar per siklus. Satu siklus memakan waktu 7-8 bulan.

"Kita dapat profit Rp 5.500 per kilogram. Sehingga total nilai margin profit itu mencapai Rp 38 miliar per siklus," ujar Sakti.

Sakti mengatakan, model  klaster budidaya nila salin memiliki potensi nilai pasar yang tinggi, yakni mencapai 13,9 miliar dollar AS.

Jika budidaya ini berhasil, kata dia, pihaknya akan mengubah tambak bekas budidaya udang di kawasan pantura seluas 78.000 hektar untuk budi daya tilapia, terutama jenis nila salin.

Menurut dia, ikan nila salin lebih tahan lama di area tambak wilayah pantura, dibandingkan udang. Sebab kondisi tambak banyak terkontaminasi dengan kondisi alam sekarang ini.

"Saat ini tengah kita ajukan revitalisasi tambaknya," ujar Sakti.

https://bandung.kompas.com/read/2024/02/02/210547978/tambak-udang-sisa-orde-baru-disulap-jadi-tambak-nila-salin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke