Salin Artikel

Pengamat: Fenomena Komeng Bukti Popularitas Masih Jadi Acuan Memilih di Pemilu

Viralnya pelawak pemilik nama lengkap Alfiansyah Bustami Komeng ini, tak lepas dari foto nyeleneh dirinya yang mejeng di surat suara Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Dapil Jawa Barat pada Pemilu 2024.

Tak hanya viral, berkat fotonya yang nyeleneh di surat suara ini, Komeng unggul sementara dari hasil hitung suara Pemilu DPD 2024 di laman pemilu2024.kpu.go.id, dengan raihan suara 8,48 persen dari 35,66 persen suara yang masuk pukul 18.01 WIB, Kamis (15/2/2024). 

Ikhsan Alinuddin (23), warga Kota Kulon, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, mengaku kaget ketika melihat foto Komeng ada di surat suara DPD berwarna merah, saat dia memlih para Rabu (14/2/2024).

"Pertama itu pas buka surat suara, saya ketawa juga lihat ada fotonya yang kocak. Terus calon lainnya juga enggak kenal, jadi saya coblosnya Komeng aja," ujar Ikhsan kepada Kompas.com di salah satu kafe di Sumedang Kota, Kamis (15/2/2024).

Ikhsan mengatakan, sebelumnya juga dia tidak mengetahui bahwa Komeng mencalonkan diri di Pemilu ini.

"Enggak tahu, tahunya ya ada fotonya itu di surat suara. Terus setelah nyoblos, teman-teman juga ramai ngebahas soal Komeng ini," tutur Ikhsan.

Faktor popularitas

Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Dadang Rahmat Hidayat mengatakan, Komeng menjadi bukti nyata popularitas masih menjadi acuan masyarakat Indonesia dalam menentukan pilihannya di Pemilu.

"Komeng ini menjadi fenomena yang menunjukkan bahwa masyarakat kita, sebagian besarnya dalam Pemilu itu, masih merujuk pada popularitas calon," ujar Dadang kepada Kompas.com melalui telepon, Kamis sore.

"Maka bagi Komeng, popularitas itu menjadi cukup, fotonya juga nyeleneh. Selama itu diperbolehkan (foto nyeleneh), tentu tidak masalah," kata Dadang menambahkan.

Dadang menjelaskan, kepopuleran ini menjadi positif ketika dari sisi figur, Komeng  dikenal sebagai pribadi yang baik.

"Popularitas seseorang itu menjadi penting ktika calon lain tidak diketahui. Misal, walau diketahui, tapi kampanyenya tidak masif. Faktor ini juga jadi penentu dan masyarakat akan cenderung lebih memilih figur yang populer," tutur Dadang.

Dadang menyebutkan, selain modal popularitas, seorang calon juga bisa diperhitungkan di tengah masyarakat jika memiliki modal jejaring, hingga modal logistik untuk memenangkan suara di Pemilu.

"Misalnya, inkumben itu sudah punya modal jejaring, modal kunjungan kerja saat reses. Jadi lebih mudah dikenal," sebut Dadang.

Sementara, bagi yang tidak atau belum memiliki modal jejaring atau modal lain yang sudah ada, popularitas inilah yang lebih berperan dan Komeng menjadi contohnya.

"Komeng ini populer dan tidak negatif. Dia pelawak yang juga cerdas dan punya jargon 'Uhuy' yang sudah lama melekat. Bagi saya sendiri, pelawak yang sukses itu adalah pelawak yang cerdas. Ini artinya, Komeng punya modal baik," ujar Dadang.

Dadang berharap, jika akhirnya Komeng terpilih, harus bisa mewakili aspirasi masyarakat Jawa Barat.

https://bandung.kompas.com/read/2024/02/15/190413778/pengamat-fenomena-komeng-bukti-popularitas-masih-jadi-acuan-memilih-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke