Salin Artikel

Tragedi di Sungai Panarikan Indramayu, 3 Siswi SD Tewas Tenggelam

Peristiwa tersebut terjadi saat jam belajar. Hari itu para siswa kelas IV dan V sedang olahraga dan mereka berjalan kaki melewati persawahan.

Kegiatan tersebut dipimpin oleh seorang guru. Di lokasi yang mereka lewati, terdapat Sungai Panarikan.

Di sisi sungai, ada beberapa pelajar yang mencuci kaki dan sepatu. Namun tak disangka, ada beberapa pelajar yang masuk ke titik terdalam sungi dan terbawa arus.

Hal tersebut dijelaskan Kapolsek Tukdana AKP Iwa Mashadi pada Selasa (20/2/2024) siang.

"Tidak bermain, saya belum dapat keterangan itu. Yang saya dapati bahwa mereka sedang bersih-bersih kaki, sepatu, kotor setelah melewati sawah."

"Kemudian, mungkin ada bagian sungai yang dalam dan tanpa sadar tercebur," tambah Iwa.

Ia menjelaskan ada empat siswi dan satu guru yang terseret arus sungai. Guru tersebut terseret arus saat berusaha menyelamatkan para siswinya. Namun sang guru dan satu siswi berhasil diselamatkan.

Sementara tiga siswi lainnya terseret arus dan ditemukan dalam kondisi meninggal di waktu yang berbeda.

Korban pertama yang ditemukan pada Sabtu pukul 12.30 WIB adalah S (11), sementara korban M (10) ditemukan pada pukul 20.30 WIB.

Di hari pertama, pencarian dihentikan karena kondisi sudah malam.

Di hari kedua tepatnya pada Minggu (18/2/2024) pagi, korban ketiga yakni R (10) berhasil ditemukan.

Para korban diketahui duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar.

Saat ditanya adakah potensi kelalaian, Iwa menjawab, polisi masih berusaha menyelidiki secara teliti. Pihak keluarga pun belum melakukan laporan terhadap petugas kepolisian.

"Adakah dugaan kelalaian? Ya sampai saat ini, walaupun tidak ada laporan dari keluarga, kita tetap melakukan penyelidikan untuk mengetahui apakah ada dugaan tindak pidana atau tidaknya. Kita belum bisa kesimpulan," tutup Iwa.

Mereka berjalan bersama mencari jejak dengan melintasi jalan petak sawah dan juga menyusuri sungai.

Namun berdasarkan keterangan Ketua Kwartir Gerakan Pramuka Cabang Kabupaten Indramayu, Jajang Sudrajat, kegiatan tersebut bukanlah kegiatan pramuka melainkan olahraga sekolah.

Kesimpulan ini didasari pada investigasi yang dilakukan tim Kwarda Pramuka usai membantu proses pencarian korban.

"Kami sampaikan itu murni kegiatan sekolah. Sekali lagi, itu murni kegiatan sekolah," ujar Jajang, Senin (19/2/2024).

Ada beberapa alasan, sambung Jajang, yang menjelaskan kegiatan tersebut bukanlah kegiatan pramuka.

Pertama pelaksanaan kegiatan itu berlangsung saat jam pelajaran sekolah, sementara pramuka, seharusnya dilaksanakan di luar jam pelajaran, karena merupakan ekstrakulikuler.

Kedua, siswa siswi SDN 1 Lajer yang berkegiatan tersebut tidak sedang memakai atribut pramuka, melainkan pakaian olahraga sekolah.

Dan, alasan ketiga kegiatan tersebut berjudul pegasus atau pasukan khusus pramuka. Jajang menegaskan, di pramuka tidak mengenal adanya kegiatan pasukan khusus pramuka.

Lalu, kegiatan Pramuka pun terpisah dan tidak bisa digabungkan antar golongan.

"Sementara kejadian ini digabungkan, yaitu anak kelas IV dan kelas V SD. Jadi, kami menyimpulkan sekali lagi, ini bukan kegiatan pramuka, tetapi kegiatan murni sekolah," tegas Jajang.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Muhamad Syahri Romdhon | Editor: Glori K. Wadrianto, Reni Susanti, Sari Hardiyanto, Andi Hartik), Tribun Jabar

https://bandung.kompas.com/read/2024/02/20/154100078/tragedi-di-sungai-panarikan-indramayu-3-siswi-sd-tewas-tenggelam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke