Salin Artikel

Belajar Kedaulatan Pangan dari Kampung Cirendeu, 1 Abad Tak Makan Nasi

Kondisi tersebut terjadi hampir merata di seluruh wilayah di tanah air sejak satu bulan terakhir.

Berdasar tabel pangan Badan Pangan Nasional, harga beras jenis medium saat ini seharga Rp 14.080 per kilogram atau naik 0,64 persen.

Sedangkan harga beras premium Rp 16.090 per kilogram atau naik 0,44 persen.

Naiknnya harga beras mencekik ekonomi masyarakat lantaran komoditas ini menjadi kebutuhan utama untuk dikonsumsi setiap hari.

Namun, di tengah sulitnya mendapatkan beras, ada satu kampung di Kelurahan Leuwi Gajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Jawa Barat, yaitu Kampung Cirendeu, yang tidak peduli dengan kelangkaan maupun naiknya harga beras.

Masyarakat adat Cirendeu memang selalu lolos dari ancaman kelangkaan beras yang kerap melanda tanah air.

Hal ini karena mereka sudah seabad tidak mengonsumsi beras.

Kedaulatan pangan karena mereka menjadikan singkong sebagai makanan pokok dan berprinsip tidak mengonsumsi beras selama hidup.

"Abah sejak lahir sampai sekarang belum pernah memakan nasi, karena memang dari orangtua Abah dan sesepuh lain mewariskan prinsip itu," kata Ais Pangampih Kampung Adat Cirendeu, Abah Widi saat ditemui di Kampung Adat Cirendeu, Selasa (20/2/2024).

"Berhenti makan nasi itu tahun 1918, tapi tidak serta merta beralih langsung ke singkong. Baru tahun 1924 kami menjadikan singkong sebagai bahan baku makanan pokok," kata Abah Widi.

Peralihan makanan pokok dari nasi ke singkong juga membutuhkan waktu untuk adaptasi.

Berbagai makanan seperti umbi-umbian, jagung, hingga hasil bumi lainnya pernah dicoba untuk menggantikan nasi.

Sampai pada akhirnya singkong dianggap sebagai makanan pengganti nasi paling cocok.

Hingga pada tahun 1924, masyarakat Kampung Cirendeu mengolah singkong menjadi bahan pokok pengganti nasi sampai sekarang.

"Butuh waktu enam tahun untuk uji coba makanan apa yang cocok untuk menggantikan nasi. Proses pengolahan nasi singkong pun akhirnya ditemukan oleh sesepuh kami, Omah Asnama," kata Abah Widi

Perlawanan terhadap monopoli pangan

Mengubah bahan pangan pokok beras ke singkong bukan perkara sederhana.

Ada kedaulatan pangan yang diperjuangkan pada awal abad ke-20.

Masyarakat saat itu mengalami kesulitan pangan akibat monopoli yang dilakukan oleh pemerintah Hindia-Belanda terhadap hasil panen padi masyarakat.

"Atas kondisi itu, sesepuh kami Mama Ali pada tahun 1918 memelopori gerakan peralihan makanan pokok dari beras ke makanan lainnya sebagai bentuk perlawanan terhadap monopoli kolonial Belanda," kata Widi.

Hingga tahun 1924, sesepuh Kampung Cirendeu menerapkan prinsip tidak memakan nasi dan segala makanan apa pun yang diolah dari bahan baku beras sampai hari ini.

Mereka menggunakan singkong sebagai bahan makanan pokok dan berbagai macam cemilan untuk menyambung hidup sampai satu abad kemudian.

"Bagi kami, sesepuh kami memiliki pemikiran yang visioner tentang kedaulatan pangan. Warisan budaya ini lah yang membawa masyarakat Kampung Cirendeu tidak pernah terdampak ketika beras mahal dan beras langka sering terjadi di Indonesia," kata Widi.

https://bandung.kompas.com/read/2024/02/21/130435878/belajar-kedaulatan-pangan-dari-kampung-cirendeu-1-abad-tak-makan-nasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke