Salin Artikel

"Real Count" KPU, Keluarga Jayabaya di Lebak Terancam Gagal ke Senayan

Keluarga Jayabaya merujuk pada anggota keluarga mantan Bupati Lebak, Mulyadi Jayabaya.

Mereka adalah Iti Octavia Jayabaya, petahana Hasbi Asyidiki Jayabaya, dan Vivi Sumantri Jayabaya.

Berdasarkan data real count di Pemilu2024.KPU.go.id yang diakses pada Rabu (21/2/2024) malam, raihan suara mereka tidak cukup untuk masuk ke posisi enam besar caleg yang lolos.

Data yang sudah masuk sejauh ini mncapai sekitar 65 persen.

Tengoklah, mantan Bupati Lebak dua periode, Iti Octavia Jayabaya yang maju dari Partai Demokrat, mendapat 35.436 suara di bawah Rizki Aulia Rahman Natakusumah dengan raihan 54.688 suara.

Secara hitungan kuota, hanya Rizki sebagai peringkat satu dari partai tersebut yang bisa lolos.

Rizki merupakan pertahana sekaligus putra dari Bupati Pandeglang Irna Narulita.

Sementara Hasbi Jayabaya, yang merupakan adik dari Iti Octavia Jayabaya, mengumpulkan 14.542 suara. Di PDI-P, dia untuk sementara berada di posisi ketiga.

Adapun suara terbanyak di PDI-P Dapil Banten 1 sementara dikantongi oleh caleg Tia Rahmania, disusul sejarawan Bonnie Triyana berada di posisi kedua.

Vivi Sumantri Jayabaya pun serupa. Keponakan dari Mulyadi Jayabaya ini untuk sementara hanya mendapat 3.558 suara.

Faktor Vivi tidak lolos disebabkan juga karena partainya yakni Perindo diprediksi tidak mencapai syarat ambang batas parlemen empat persen.

Pengamat politik dan akademisi dari Untirta, Leo Agustino, mengatakan ada beberapa faktor pemicu 'runtuhnya' keluarga Jayabaya di kontes Pileg 2024.

Satu di antaranya adalah titik jenuh yang dialami oleh masyarakat terhadap tokoh politik dari keluarga penguasa.

"Saya melihat masyarakat sudah mulai jenuh dengan kiprah keluarga Pak Jayabaya," kata Leo, Rabu malam.

Munculnya orang-orang baru juga mengalihkan pilihan dari tokoh lama, terutama bagi pemilih pemula.

Leo menilai, pemilih pemula, condong memilih calon baru karena citra elite politik lama tidak positif berdasarkan referensi yang mereka dapatkan.

"Sehingga mereka memilih calon yang dianggap positif lebih baru, lebih bersih, lebih baik tidak begitu-begitu saja," kata Dekan FISIP Untirta tersebut.

Faktor lain yang juga memengaruhi adalah pendidikan politik yang sudah terbangun tidak hanya di Lebak, tetapi juga di seluruh Banten.

Munculnya kampus negeri di Banten, kata dia, memberikan dampak positif bagi warga sehingga pilihan politik mereka juga semakin baik.

Dan yang terakhir, adalah manuver politik yang dilakukan oleh Mulyadi Jayabaya terhadap pilihan calon presiden.

Hal ini dinilai oleh warga sebagai tindakan tidak solid sehingga mengubah pilihan masyarakat.

Diketahui, beberapa waktu lalu, Mulyadi Jayabaya mendeklarasikan untuk mendukung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming, padahal status dia masih menjadi kader PDI-P.

"Jadi menurut masyarakat ini tidak solid, lebih baik mereka memilih calon baru yang mudah-mudahan bisa memberikan nuansa lebih baru dibanding elite politik sebelumnya," kata Leo.

Leo mengatakan, jika merujuk pada real count KPU, raihan suara masih mungkin berubah, apalagi belum mencapai titik stabil 78 persen.

"Tapi kalau merujuk apa yang telah dilakukan keluarga Jayabaya terhadap rakyat Lebak, nampaknya enggak bergerak ke mana-mana," kata dia.

https://bandung.kompas.com/read/2024/02/22/064649678/real-count-kpu-keluarga-jayabaya-di-lebak-terancam-gagal-ke-senayan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke