Salin Artikel

Cerita Ratih Antre Beras Murah SPHP, Pulang dengan Tangan Kosong

CIREBON, KOMPAS.com - Ratih, warga Kelurahan Perbutulan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, pulang dengan tangan kosong.

Dirinya tetap tidak mendapatkan kesempatan membeli beras murah SPHP meski telah mengikuti antrean. Tingginya antusiasme warga membuat stok beras SPHP sebanyak 10 ton, habis seketika.

Wanita berkerudung biru ini hanya bisa pasrah saat petugas yang mengatur antrean menyatakan beras habis. Dia bersama sejumlah ibu rumah tangga lainnya, terpaksa pulang dengan tangan kosong.

"Iya Mas kehabisan. Ikut antre tadi, mau beli dua pak, tapi kata petugasnya habis, ya sudah," kata Ratih saat ditemui Kompas.com di lokasi operasi beras murah di halaman Kantor Kelurahan Perbutulan, Kamis (22/2/2024) pagi.

Hal serupa nyaris terjadi pada Siti Nurjanah. Ibu rumah tangga yang membawa anaknya ini, hanya mendapatkan satu pack dari jatah sebelumnya dua pack persatu orang satu kali transaksi.

Ini terjadi karena antrean yang masih panjang, sementara ketersediaan beras SPHP di atas truk tinggal sedikit.

Nurjanah mengaku kecewa, lantaran dia melihat banyak warga yang bisa membeli dua hingga tiga kali balik, atau setara empat hingga enam pack persatu orang. Caranya orang tersebut beli, bawa pulang, kemudian datang lagi, beli lagi.

"Cuman kebagian satu (pack) yang lain, ada yang dua sampai tiga kali balik. udah ga ada lagi stoknya. Ya kecewa-lah, mau beli dua dapat satu, sedangkan yang lain, lebih, bisa empat pack," keluh Nurjanah.

Dia berharap petugas selektif agar pembelian beras SPHP merata kepada banyak warga.

Pasalnya, menurut Nurjanah, beras ini sangat membantu lantaran harganya murah Rp 52.000 per lima kilogram atau Rp 10.400 perkilogram. Sementara harga di pasar saat ini mencapai Rp 17.000-18.000 perkilogram.

Kepala Lurah Perbutulan, Tura, mengakui banyaknya warga yang kecewa tak kebagian beras SPHP. Bahkan, dia sendiri mendapat aduan dari warganya yang tidak mendapatkan beras.

Dia menyebut, program ini terbuka untuk umum, sehingga tidak dapat dikhususkan untuk warga setempat saja.

"Iya banyak yang kecewa, karena berasnya habis, yang lari itu juga kebagian satu pack, awalnya sih dua pack persatu orang. Warga saya juga banyak yang ngadu belum dapat, tapi mau gimana lagi, yang datang dari Sumber, Gegunung, dan kelurahan lain, umum," kata Tura saat ditemui Kompas.com usai kegiatan tersebut.

Dia tidak menyangka antusiasme warga sangat tinggi. Bahkan banyak dari kelurahan lain ikut datang dan mengantre.

Atas dasar itu, Tura menyebut dirinya langsung mengajukan penambahan pelaksanaan beras SPHP untuk Maret 2024. Dia meminta 15 ton, lebih banyak 5 ton dari yang disediakan hari ini, sejumlah 10 ton.

Bambang Riady, Kepala Seksi Analis Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Cirebon, menyebut Pemda Kabupaten Cirebon berkerjasama dengan Bulog Cabang Cirebon untuk penyaluran beras SPHP.

Sejak awal Februari, sebanyak 115 ton sudah disebar ke banyak titik di Kabupaten Cirebon.

Pemda Cirebon, sambung Bambang, berkomitmen untuk memastikan seluruh warga mendapatkan beras murah di tengah kondisi harga beras yang sedang naik.

"Bulan Februari saja sudah disebar sekitar 115 ton beras SPHP. Kerja sama dengan Bulog ini agar tidak ada warga Cirebon yang kesulitan mendapatkan beras," kata Bambang.

Bambang mengungkapkan, kegiatan ini akan terus berjalan ke beberapa titik lainnya. Termasuk beberapa di antaranya lokasi pelosok yang agak sulit dijangkau untuk membantu warga sekitar.

https://bandung.kompas.com/read/2024/02/22/175419578/cerita-ratih-antre-beras-murah-sphp-pulang-dengan-tangan-kosong

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke