Salin Artikel

Cerita Alfi dari Warung Kopi, Direndahkan Atasan, hingga Bangun Bisnis Teknologi

BANDUNG, KOMPAS.com - Semua berawal dari warung kopi di pinggiran Jakarta, 2016 silam. Saat itu, Alfi Muhammad bekerja di sebuah perusahaan teknologi terkemuka di Jakarta.

Ia merenung. Sebuah kesalahan dilakukannya dalam pekerjaan. Hal yang membuatnya berpikir keras saat itu adalah perlakuan merendahkan atasannya atas kesalahan yang dilakukannya.

"Saya (disebut) orang kampung ga ngerti soal IT atau teknologi, dan atasan saya bilang why you just shit like a dog, itu menyakitkan sekali," ujar Alfi dalam acara Discover Tech Solustions-Al Revolutions Cyber Defends Strategies di Bandung, Kamis (22/2/2024).

Dari sana Alfi termotivasi ingin membuktikan bahwa tidak ada manusia yang bodoh dan tidak ada yang lebih pintar. Manusia tahu lebih dulu asal mau belajar dan ada kesempatan.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, kesempatan itu akhirnya datang.

Di tahun yang sama, salah seorang temannya menawarkan project pembuatan sistem absensi dan penggajian beserta perangkat infrastruktur dan jaringan di perusahaan BUMN di Padalarang. Saat itu, bisnis proses di perusahaan itu masih serba manual.

"Sialnya saya tidak mengerti soal itu tapi kesempatan tidak akan datang dua kali, tanpa pikir panjang saya menyanggupi project itu dengan modal nekat, tabungan istri alakadarnya, dan relasi pertemanan yang kiranya bisa membantu saya untuk menjalankan project itu," ungkap dia.

Rupanya sistem yang dibuatnya berhasil diimplementasikan. Hasilnya produktivitas atau kinerja meningkat karena perusahaan bisa mengontrol kedisiplinan, kepatuhan, dan KPI karyawan.

"Ide Nekat itu saya dapatkan dari potongan sebuah buku yang mengatakan: if you got big opportunity just say yes, and then learn, dan saat ini itu jadi patokan saya mengambil keputusan ketika mendapatkan apapun kesempatan yang datang," beber dia.

Masalah lain muncul, ketika proyek itu selesai pembayaran harus melalui perusahaan yang legal. Ia dan teman-temannya kebingungan mencari uang tambahan untuk membuat legalitas perusahaan.

Sebab waktu itu, tabungan sudah habis untuk membiayai operasional proyek tersebut.

Akhirnya ada orang yang bersedia membantu meminjamkan uangnya Rp 15 juta dengan sistem pembayaran cicil sampai lunas.

"Yang memberikan pinjaman itu ialah yang kini jadi Komisaris di perusahaan. Jadi perusahaan ini diberi nama PT Indotek Buana Karya, berdiri 14 Februari 2018, diarsiteki 3 orang. Saya, Mochamad Syadam, dan Mustikasari," ucap dia.

Di tahun keenam ini, perusahaannya memiliki 60 karyawan. Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan ini mengacu pada 6 prinsip. Di antaranya solusi, integritas, profesional, improvement,

Suka duka

Selama menjalankan bisnis ini, Alfi dan teman-temannya merasakan suka dan duka. Mulai dari kesulitan permodalan di awal tahun pendirian, sulit mendapatkan customer karena kekurangan modal.

"Sampai titik rendah kami pada waktu itu, saya ikut turun tangan untuk project penarikan kabel karena tidak ada biaya untuk pekerja tambahan dan mengalami kecelakaan jatuh dari tangga 3 meter sampai patah tulang pada tangan saya dan harus dioperasi 5 kali," ungkap dia.

Namun Alfi melihat itulah sebuah proses. Sampai mereka menemukan suka cita ketika perusahaannya bisa memberikan penghidupan bagi 60 orang karyawan.

Kini mereka memiliki klien perusahaan dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, mereka menjalin kerja sama dengan perusahaan luar negeri.

Seperti kerja sama alih teknologi digital forensic dan penanggulangan kebocoran data dengan perusahaan asal Rusia Searchinform, Sectona yang merupakan Privilege Access Management dari India, serta Ruijie Networks dari China.

https://bandung.kompas.com/read/2024/02/23/080549878/cerita-alfi-dari-warung-kopi-direndahkan-atasan-hingga-bangun-bisnis

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com