Salin Artikel

Hindari Ricuh Beras Murah, Pemkot Cirebon Berlakukan Antrean Kupon

CIREBON, KOMPAS.com - Pemerintah Daerah Kota Cirebon, Jawa Barat, mengubah pola transaksi pembelian beras murah SPHP di tiap kegiatan operasi pasar.

Mereka membuat dua kelompok antrean dengan pola kupon atau karcis untuk menghindari potensi kericuhan lantaran berebut beras di depan meja transaksi.

Cara penggunaan kupon ini mulai dilakukan pemerintah pada kegiatan operasi pasar di halaman Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jumat (23/2/2024) pagi.

Pantauan di lokasi, sejumlah warga sudah memadati halaman Alun Alun Keraton Kasepuhan. Mereka mengantre di dua kelompok barisan yang berbeda.

Pertama, mereka mengantre di kelompok peserta untuk mendapatkan tiket atau kupon.

Setelah mendapatkan kupon, mereka harus pindah ke antrean kelompok kedua, untuk menukarkan kupon sambil membayar uang senilai harga beras yang dibeli.

Satu pack beras berisi lima kilogram seharga Rp 52.000 atau Rp 10.400 per kilogram. Warga hanya diperbolehkan membeli mekasimal dua pack atau 10 kilogram.

Petugas pengatur kupon sempat kewalahan karena tingginya animo masyarakat untuk mendapatkan beras murah SPHP.

Siasat pola transaksi menggunakan kupon ini dilakukan guna menghindari potensi kericuhan yang terjadi saat warga hendak membeli beras murah SPHP.

Di beberapa daerah lainnya, warga berebut karena takut tidak kebagian dan kehabisan.

Salah satu warga Desa Suci Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon, Mega, rela datang ke lokasi sekitar jam 06.00 WIB.

Dia dan warga lainnya harus menunggu dua jam hingga operasi beras murah dimulai pada pukul 08.00 WIB.

Mega juga harus menempuh jarak 8 kilometer dengan naik motor dari rumahnya ke lokasi. Informasi ini dia dapatkan dari media sosial yang telah ramai menginformasikan adanya operasi beras murah di Keraton Kasepuhan.

"Tadi sampai sini jam 06.00 WIB, mulainya jam 08.00 WIB, nunggu dua jam. Dari Desa Suci Mundu, sengaja ke sini untuk beli beras murah daripada di warung sudah Rp 18.000 satu kilo. Dari malem sudah ramai di media sosial," kata Mega saat ditemui Kompas.com di lokasi.

Di sini, dia membeli dua buah pack beras SPHP seberat 10 kilogram. Beras ini akan digunakannya untuk memenuhi kebutuhan makan empat orang di rumah. Yakni dirinya, suaminya, dan dua orang anaknya.

Sama halnya dengan Mega, Tursina warga Lemahwungkuk juga datang lebih awal. Dia tidak ingin kesempatan membeli beras murah hilang begitu saja.

Dia rela datang lebih pagi, mendapatkan kupon, lalu menukarkannya dengan pembelian beras dua karung.

Beras ini akan digunakannya untuk memenuhi enam orang jiwa yang hidup satu atap, Tursina, suami, dan empat orang anaknya.

"Dari masih sepi, Mas, jam 6. Petugas datang setengah 8, mulainya jam 8. Untuk beli beras daripada di warung, buat enam orang di rumah," kata Tursina di lokasi.

Mega, Tursina, dan warga lainnya berharap pemerintah segera menurunkan harga beras agar masyarakat tidak kesulitan.

Elmi Masruroh, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Perikanan (DKPPP) Kota Cirebon, menyebut pihaknya bersama Bulog Cabang Cirebon gencar menyalurkan beras murah SPHP di seluruh titik.

Bahkan Februari ini, sudah lebih dari tiga titik, dari yang seharusnya satu titik per satu bulan.

Ini dilakukan karena harga beras terus naik. Terutama masyarakat yang sangat membutuhkan.

Dari hasil evaluasi Elmi dari kegiatan sebelumnya, antrean hanya satu kali sehingga terjadi antrean yang sangat memanjang. Saat ini dilakukan dua kali pola antrean.

Pertama warga harus antre mendapatkan kupon. Lalu antre lagi untuk menukarkan sambil membayar beras yang dibeli.

Cara ini, dinilai Elmi, lebih efektif untuk menghindari potensi kericuhan berebut beras murah.

"Melihat animo masyarakat masih tinggi seperti ini, kami antisipasi agar tidak terjadi kegaduhan atau kerusuhan, kami memakai sistem antrean nomor. Dengan ini, insya Allah semua berjalan lancar," kata Elmi saat ditemui Kompas.com di lokasi, Jumat (23/2/2024) pagi.

Dia juga meminta kepada warga yang sudah mendapatkan beras agar tidak antre lagi untuk membeli beras. Pasalnya kesempatan beras tersebut harus dirasakan banyak orang. 

https://bandung.kompas.com/read/2024/02/23/145117578/hindari-ricuh-beras-murah-pemkot-cirebon-berlakukan-antrean-kupon

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com