Salin Artikel

Dedi Mulyadi Sebut Suaranya pada Pemilu 2024 Berpotensi Tertinggi Tingkat Nasional

KOMPAS.com - Perolehan suara sementara Caleg DPR RI dari Partai Gerindra Dapil VII Jawa Barat (Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bekasi), Dedi Mulyadi, saat ini sudah sangat tinggi di tengah proses penghitungan yang belum berakhir.

Dedi mengaku bahagia dengan hasil tersebut, ditambah, Partai Gerindra berpotensi meraih tiga kursi DPR RI dan dua kursi DPRD Jabar dari Dapil VII.

“Ada kebahagiaan dalam hidup saya pada saat ini, selain Prabowo-Gibran menang Pilpres, raihan suara di Dapil 7 hasilnya Partai Gerindra berpotensi mendapat 3 kursi DPR RI dan 2 kursi untuk DPRD Jabar,” kata Dedi dalam keterangannya kepada Kompas.com, Sabtu (24/2/2024).

Berdasarkan data C1 sementara hingga tadi malam, Dedi telah memperoleh sekitar 250.000 suara. Jumlah tersebut diyakininya masih akan bertambah mengingat masih banyak data C1 yang belum diakumulasi.

“Sampai tadi malam, baru sebagian, masih banyak yang belum di-entry, raihan suara saya sudah sampai 250.000. Tentunya ini akan terus berkembang, dengan harapan, semoga, namanya juga harapan, bisa sampai 300.000 - 400.000 suara,” ujar Dedi.

Sementara itu, berdasarkan hasil hitung suara sementara yang dikutip Kompas.com dari https://pemilu2024.kpu.go.id/pilegdpr/hitung-suara/dapil/3207, perolehan suara Dedi Mulyadi di Dapil VII Jabar hingga Kamis (22/2/2024) pukul 23.00 WIB baru mencapai 115.188 suara.

Meski begitu, hasil sementara tersebut tetap membuat Dedi berhasil unggul jauh dari perolehan suara Caleg lainnya. Jumlah raihan suara bagi Dedi juga tertinggi di Jabar dengan suara total suara yang masuk hingga saat ini baru 42,40 persen.

"Hasil Sirekap itu bukan ukuran karena pihak KPU jga menyatakan ada sedikit error. Hasil Sirekap hanya untuk transparansi," ucap Dedi.

Dampak Prabowo-Gibran

Dalam kesempatan itu, Dedi mengucapkan terima kasih kepada seluruh warga yang telah menyalurkan hak pilihnya, baik yang memilihnya atau pun tidak.

Dedi mengaku bahwa mayoritas pemilihnya berasal dari kalangan ibu-ibu. Selain itu, dia menilai, perolehan suara sementara yang diraihnya saat ini juga terpengaruh Capres-Cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

"Efek Pilpres juga berpengaruh. Saya kampanye dua, untuk Pak Prabowo-Gibran dan untuk saya sendiri. Hasilnya luar biasa, bahkan suara saya berpotensi tertinggi di Indonesia," papar Dedi.

“Semoga saya bisa terus menjaga kepercayaan itu, dan yang tidak memilih tetap saya ucapkan terima kasih, semoga ke depan bisa memberikan kepercayaan kepada saya,” sambungnya.

Pilpres tidak curang, keriuhan justru terjadi di Pileg

Terkait dugaan adanya kecurangan yang dilakukan oleh salah satu pihak pada Pemilu 2024, Dedi mengajak masyarakat untuk berpikir terbuka dan objektif.

Menurutnya, sulit terjadi kecurangan pada Pilpres karena semua prosesnya dilakukan dengan baik dan penghitungan suara pun berjalan objektif.

Bahkan, Dedi menambahkan, hampir tiap TPS terdapat saksi untuk masing-masing Paslon dan dicatat oleh sejumlah pihak.

“Justru kalau mau bicara jujur, "operasi-operasi personal maupun komunal" itu dilakukan di Pileg,” tutur Dedi.

Dalam Pileg, lanjutnya, persaingan tidak hanya terjadi antar partai tetapi juga berlangsung di internal partai, karena setiap calon memperebutkan kursi legislatif dari setiap Dapil.

Dia mengungkapkan, banyak oknum Caleg yang berusaha mengubah raihan suara dengan berbagai cara, seperti mengubah suara partai menjadi suara pribadi atau bahkan mengambil suara dari partai lain.

“Ada yang ingin mengubah suara partai jadi pribadi, ada yang ingin menggeser suara partai lain, terutama yang tidak lolos, menjadi suara untuknya,” bebernya.

Kondisi inilah yang menurut Dedi seharusnya menjadi perhatian semua pihak, ketimbang terus-menerus menuduh adanya kecurangan pada Pilpres 2024 yang sejak awal telah menjadi fokus bersama.

Karena itu, Dedi meminta semua pihak saling menjaga sikap dan ucapan untuk menjaga kualitas demokrasi di Indonesia.

Dia pun berharap setiap informasi yang diterima dapat ditelaah terlebih dahulu sebelum digulirkan dan menjadi bola liar di tengah masyarakat.

“Saya katakan, Pilpres tidak curang, keriuhan justru terjadi pada Pileg, baik antar individu maupun antar partai,” pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2024/02/24/131304578/dedi-mulyadi-sebut-suaranya-pada-pemilu-2024-berpotensi-tertinggi-tingkat

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com