Salin Artikel

5 Tradisi di Indramayu dan Tujuannya, Ada Mapag Tamba

KOMPAS.com - Ada sejumlah tradisi di Indramayu, yang masih lestari hingga saat ini.

Tradisi di Indramayu tersebut antara lain digunakan sebagai tolak bala.

Tradisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kebisaan turun-temurun yang masih dijalankan oleh masyarakat.

Berikut ini adalah beberapa tradisi di Indramayu.

Tradisi di Indramayu

1. Tradisi Mapag Tamba

Mapag Tamba berasal dari kata mapag yang berarti menjemput atau menyambut, sedangkan tamba berarti obat.

Mapag Tamba diartikan sebagai obat untuk bidang pertanian pada zaman dahulu, hal tersebut karena saat itu tidak ada insektisida.

Tradisi Mapag Tamba biasanya dilakukan setiap musim tanam rendeng pada saat padi berusia 40-50 hari. Tradisi ini biasanya digelar setiap hari Jumat.

Tujuan Mapag Tamba tidak lain agar tanaman terhindar dari penyakit dan hama. Sebuah kearifan lokal yang dilakukan masyarakat zaman dahulu sebelum ada obat tanaman.

Ritual tersebut dilakukan dengan mengutus orang-orang pilihan untuk melakukan tradisi Mapag Tamba.

Para utusan akan mengenakan pakaian putih sebagai simbol kesucian dan membawa bumbung bambu yang berisi air dari 7 mata air.

Masyarakat menyebut tahap tersebut dengan istilah air suci.

Pada malam hari sebelum pelaksaaan tradisi, air didoakan terlebih dahulu. Air suci kemudian baru disebar ke seluruh penjuru batas desa.

Keunikannnya, petugas Mapag Tamba harus puasa bicara hingga upacara selesai.

2. Tradisi Bobotan

Tradisi Bobotan adalah salah satu peninggalan nenek moyang yang dilakukan masyarakat kabupaten Indramayu pada sekitar tahun 1960-1980.

Tradisi Bobotan adalah tradisi penangkal bala.

Saat ini tradisi Bobotan hampir punah karena makin sedikit masyarakat yang melakukan tradisi tersebut, salah satunya Kecamatan Cikendung.

Tradisi Bobotan adalah penimbangan yang berhubungan keturunan, misalnya jika memiliki anak tunggal laki-laki atau perempuan.

Berat timbangan harus seimbang dengan berat badan anak.

Barang-barang pemberat timbangan adalah barang-barang berharga, seperti pakaian, emas, perak, uang, beras, dan lainnya.

Barang-barang tersebut kemudian akan menjadi harta anak yang menjadi bekal hidupnya.

Pada saat pelaksanaan tradisi, prosesi penimbangan dilakukan dengan membaca kidung yang membentuk sinom atau dhangdhanggula selama 15-30 menit.

Sambil mendengarkan kidung, anak yang ditimbang akan melemparkan uang di tempat yang telah disediakan.

Uang tersebut nantinya akan menjadi milik tukang timbang. Jumlah uang yang diterima sekitar Rp 1 juta hingga Rp 5 juta tergantung ekonomi pemiliknya.

Tujuan Bobotan adalah untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk diberikan keselamatan dunia dan akhirat serta untuk membina keharmonisan keluarga.

Tujuan lainnya agar anak memperoleh keselamatan, perlindungan, dan kemulyaan.

Tradisi Bujanggaan adalah kesenian warisan leluhur di Indramayu.

Dalam pagelaran kesenian tersebut banyak mengambil sumber dari tembang babad di dalam naskah kuno babad itu sendiri.

Bujanggaan menampilkan cerita yang diambil dari naskah kuno yang disebut wawacan atau serat, terutama dongeng yang dituturkan dalam bentuk pupuh berupa puisi tradisional.

4. Tradisi Ngarot

Dalam bahasa Sunda, Ngarot merupakan istilah minum/ngaleueut, Nga-rot. Dalam bahasa Sansekerta berupa Ngaruat, yang berarti bebas dari kutukan.

Ngarot merupakan upacara adat yang terdapat di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Tradisi Ngarot sebagai ucapan syukur atas datangnya musim tanam.

Tradisi Ngarot selalu dilaksanakan pada bulan Desember pada minggu ke-3 setiap hari Rabu, yang dianggap keramat.

Peserta tradisi Ngarot adalah pemuda-pemudi yang masih perawan dan perjaka. Maksudnya tidak lain untuk mengumpulkan pemuda-pemudi yang nantinya akan bekerja sebagai petani.

Tujuan tradisi Ngarot adalah untuk membina pergaulan yang sehat, saling mengenal, maupun menyesuaikan sikap sesuai dengan adat budaya.

5. Tradisi Mapag Sri

Mapag Sri adalah tradisi yang dilakukan untuk menyambut datangnya panen raya sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam bahasa Jawa halus, mapag berarti menjemput dan sri adalah padi.

Tradisi Mapag Sri dilakukan menjelang musim panen. Meskipun, panen berlangsung setiap tahun namun tradisi tersebut tidak dilakukan setiap tahun.

Hal tersebut dengan pertimbangan keamanan dan keburukan hasil panen, sehingga tradisi tersebut tidak dilakukan.

Sebelum upacara dimulai, kepala desa akan melakukan musyawarah dengan sesepuh desa atau pemuka masyarakat.

Musyawarah untuk menentukan hari dan dana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan upacara.

Tahap berikutnya adalah pengecekan ke sawah-sawah, jika padi telah menguning maka ada pungutan dana secara gotong royong sesuai kemampuan masyarakat untuk pelaksaan tradisi.

Sumber:

warisanbudaya.kemdikbud.go.id 

indramayukab.go.id 

warisanbudayanusantara.com 

www.rri.go.id 

repository.syekhnurjati.ac.id 

indramayukab.go.id 

indramayukab.go.id

https://bandung.kompas.com/read/2024/02/28/222230678/5-tradisi-di-indramayu-dan-tujuannya-ada-mapag-tamba

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com