Salin Artikel

Keluarga Minta Polisi Segera Ungkap Pemilik Kabel Penyebab Dodih Tewas

BANDUNG, KOMPAS.com - Keluarga dari pengendara motor yang tewas terlilit kabel di perempatan Jalan Peta-Kopo, Kota Bandung, Jawa Barat, meminta kepolisian segera mengungkap pemilik kabel menjuntai.

Pasalnya, kabel tersebut membuat Dodih (60) tewas di tempat dengan lupa di leher. 

"Kami meminta pihak berwajib untuk segera ungkap pemilik kabel itu. Akibat kabel itu ayah kami (Dodih) meninggal dunia," ujar anak sulung korban, Jajang Hadian (36) saat dihubungi, Kamis (29/2/2024).

Jajang mengatakan, sampai sejauh ini polisi masih menyelidiki kepemilikan kabel tersebut. Bahkan, ia telah dipanggil untuk dimintai keterangan. 

"Saya juga sudah dipanggil sama polisi kemarin. Hari ini, adik saya juga akan dipanggil. Kabel tersebut diduga milik PLN karena tersambung dengan tiang listrik," tutur dia.

Dia mengungkapkan, sampai sejauh ini belum ada perhatian khusus yang diberikan Pemerintah Kota Bandung maupun PLN atas musibah yang menimpa almarhum ayahnya.

"Kalau Pak Pj Wali Kota Bandung baru mengirim karangan bunga dan belum ke sini (rumah duka)," tambah Jajang.

Jajang menegaskan, keluarga akan menuntut pihak pemilik kabel menjuntai. Pasalnya kelalaian pihak pemilik kabel membuat nyawa ayahnya melayang.

"Pengennya kami akan menuntut ganti rugi," ucap Jajang.

Sementara itu, Manager PLN UP3 Bandung Leandra Agung Tri Radi Putra memastikan kabel menjuntai yang menyebabkan seorang pengendara motor kecelakaan hingga meninggal dunia, bukan kabel listrik PLN.

Setelah kejadian, Petugas PLN segera mengecek kabel yang berlokasi di Jalan Peta 116 atau di lampu merah Perempatan Peta-Kopo, Kelurahan Sukaasih, Kecamatan Bojongloa Kaler, Kota Bandung.

"Jika terdapat gangguan kelistrikan atau infrastruktur ketenagalistrikan yang berpotensi membahayakan, PLN mengimbau seluruh pihak dapat melaporkan melalui aplikasi PLN Mobile agar segera ditindaklanjuti," pungkasnya.

Sebelumnya, seorang pengendara motor tewas usai lehernya tersangkut kabel di Jalan Peta, Kota Bandung, Jawa Barat, Minggu (25/2/2024) malam.

Korban tewas diketahui bernama Dodih (60) warga Cipamokolan Kota Bandung. 

Kepala Unit Penegakan Hukum Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Besar Bandung AKP Arif Saepul Haris menjelaskan, perisitiwa itu terjadi di perempatan Jalan Peta-Jalan Kopo, Kota Bandung.

Kala itu Dodih tengah mengendarai sepeda motor bernomor polisi D 2069 GM jenis Yamaha Jupiter melaju Jalan Peta Bandung.

Leher Dodih terjerat kabel yang membentang turun menghalangi jalan dari arah timur ke barat.

"Korban meninggal di lokasi kejadian dan langsung dibawa ke RSHS Bandung," ucap Arif melalui pesan singkatnya, Senin (26/2/2024).

https://bandung.kompas.com/read/2024/02/29/201811578/keluarga-minta-polisi-segera-ungkap-pemilik-kabel-penyebab-dodih-tewas

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com