Salin Artikel

Cerita Titang Saksikan Rumahnya Hilang Ditelan Tanah Bergerak

Masih hangat dalam ingatannya detik-detik pergerakan tanah itu terjadi di Kampung Cigombong, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.

Akibat dari peristiwa pergerakan tersebut, Titang dan ratusan warga kampung terpaksa harus meninggalkan rumah mereka demi nyawa dan masa depan.

Sedikitnya ada 192 warga mengungsi di Posko Bencana yang didirikan di Gedung Islamic Center Rongga beberapa ratus meter dari titik bencana.

Bumi bergetar dan tanah terbelah

Pagi itu belum semua warga kampung terbangun namun matahari sudah sedikit menyala dari timur.

Belum juga matahari naik, bangunan SDN I Babakan Talang yang berada di tengah kampung ambruk.

Anjing kampung menggonggong sekencang-kencangnya seakan mengisyaratkan kepanikan.

Warga yang sudah berada di luar rumah langsung menggedor satu per satu pintu warga agar keluar bangunan.

"Sebelum ambruk buminya sering bergetar sebelum retak. Baru hari kemarin gempa besarnya. Dalam hitungan detik sekolahan ambruk karena tanah di halamannya terbelah," ungkap Titang saat ditemui di pengungsian.

Bukan hanya sekolah yang porak-poranda, Titang juga kehilangan tempat tinggal.

Rumah sebagai aset satu-satunya untuk berteduh dan beristirahat keluarganya hancur hingga tak lagi bisa dihuni.

"Rumah bapak juga udah ambruk. Bahkan sebelum sekolah ambruk," kata Titang.


Evakuasi keluarga jauh-jauh hari

Titang hafal betul bagaimana jam demi jam pergerakan tanah itu terjadi. Jauh sebelum merusak bagunan, retakan tanah sudah terjadi sejak Minggu (18/2/2024).

"Hari Sabtu sama Minggu pekan kemarin itu hujan deras dulu di sini. Waktu itu belum terasa apa-apa. Warga juga masih hidup normal beraktivitas biasa," ujar Titang.

Pergerakan tanah itu kemudian terlihat pada hari Senin (19/2/2024) pagi di pelataran sekolah. Terlihat retakan itu membentang dari ujung halaman sampai ke ruang guru.

"Semakin hari rekahannya semakin besar. Rumah saya juga kena terlihat retakan di lantai sama di tembok. Tapi warga masih belum khawatir," sebutnya.

Tiga hari setelahnya rekahan semakin meluas bahkan mengepung permukiman warga. Jika digambarkan rekahan itu membentuk letter U mengelilingi rumah di RT 04 dan RT 03.

Sadar rekahan itu terus bergerak meluas, Titang memutuskan untuk meninggalkan rumah lebih dulu.

Ia bersama seorang istri, 1 menantu dan 3 anaknya mengungsi ke rumah tetangga yang dinilai lebih aman.

"Baru lah di hari Rabu saya dan keluarga pindah ke rumah tetangga. Kebetulan ada rumah kosong dan dibolehkan sama pemilik rumah," tuturnya.

Perkiraannya benar, rumah miliknya ambruk beberapa saat setelah ia mengungsi. Saat ini, Titang dan keluarganya sementara tidur di pengungsian di gedung Islamic Center Rongga.

"Semoga ada kejelasan dari pemerintah. Apakah harus relokasi, atau bagaimana. Insyaallah kami ikhlas menerima cobaan bencana ini," tandasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2024/03/01/132804578/cerita-titang-saksikan-rumahnya-hilang-ditelan-tanah-bergerak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke