Salin Artikel

Nasib Buruh Tani Padi Sumedang, Produktif di Usia Senja dengan Lahan Terus Menyempit

SUMEDANG, KOMPAS.com - Di tengah usia yang semakin senja, produktivitas bercocok tanam padi para pejuang pangan di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, tetap tinggi.

Hanya saja, sejumlah buruh tani padi di wilayah Sumedang kota saat ini, mengeluhkan semakin berkurangnya lahan yang bisa digarap.

Hal ini dirasakan Memet (74), buruh tani yang menggarap sawah di wilayah Blok Ciseupan, Kelurahan Situ, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang.

Meski usianya sudah uzur, semangatnya untuk menanam padi di lahan seluas 400 bata tetap tinggi.

Semangat Memet itu terlihat kala ia mengangkut kayu bakar sejauh kurang lebih 300 meter dari tepian jalan ke gubuk di tengah sawah. Tempat Memet merebahkan tubuh rentanya, dari rutinitas pemeliharaan tanaman padi di sawahnya.

"Ini sawahnya punya orang, orang kota. Saya cuma ngurus aja, nanti tiap panen bagi hasil. Dari 1 ton, biasanya kebagian 1 kuintal tiap panen," ujar Memet kepada Kompas.com di gubuk sawah di lokasi tersebut, Selasa (5/3/2024).

Memet menuturkan, menyangkut hal bercocok tanam, mulai dari pembenihan, pemeliharaan padi dari hama, pengairan untuk sawah hingga panen sudah biasa ia lakukan.

"Tak ada kendala semuanya sudah biasa, pupuk juga sekarang mah mudah didapat, kemarin cuma pakai KTP. Cuma lahan garapannya aja yang terus berkurang, jadi dapat bageannya juga berkurang," tutur ayah 6 anak ini.

Memet menuturkan, jika dulu, saat masih bahu membahu bersama istri, bisa menggarap lahan hingga 1 hektar.

"Iya karena lahannya memang masih ada, sekarang mah dari 400 bata juga sudah berkurang lagi karena lahannya sudah jadi bangunan warung, itu bisa dilihat warungnya," sebut Memet.

Memet mengatakan, ia menjadi buruh tani sejak muda. Selain menjadi buruh tani padi, untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, ia menjadi kuli serabutan.

"Ya jadi buruh tani, jadi buruh bangunan juga, serabutan, apa aja dikerjakan tergantung sama yang nyuruh. Nu (yang) penting halal. Alhamdulillah, dari dua istri punya 6 anak, sekarang sudah pada mandiri, ada yang jadi sopir, yang kerja di pabrik juga ada," ujar Memet.

Disinggung terkait harga beras di pasaran yang saat ini tergolong cukup tinggi, Memet mengaku tidak tahu.

"Beas mah tara beli (beras tidak pernah beli), kan suka dapat dari bagian tiap panen, sebagian dipakai buat bekal kebutuhan, sebagian lagi dijual buat keperluan yang lain. Harganya mahal juga tidak tahu," tutur suami dari Nunuy (64) ini.

Buruh tani penggarap padi lainnya, Didi Sayadi (70) mengaku menggarap 530 bata lahan padi di dua lokasi. Yaitu di wilayah Blok Joglo Pasarean dan Blok Cikilat, Desa Margamukti, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang.

"Sekarang mah cuma garap 530 bata di dua blok, kalau dulu bisa sampai 1 hektar karena lahannya masih ada. Sekarang kalau di kota memang sudah jadi rumah-rumah," ujar Didi kepada Kompas.com di sawah garapannya.

Soal harga beras tinggi, Didi mengaku belum merasakannya, karena baru memasuki masa tanam selama 1 bulan.

"Justru panen kemarin mah kan kemarau panjang, jadi hasilnya juga jelek, kebagiannya ya sedikit. Gak apa-apa harga beras mahal, yang penting beli pupuk gampang, murah," kata suami dari Ratnah (65).

Didi mengatakan, ia sudah puluhan tahun menjadi buruh penggarap lahan padi. Dari pernikahannya, ia dikaruniai dua anak.

"Alhamdulillah, sudah rumah tangga, dua-duanya, sekarang kerja di pabrik Kahatex," sebut Didi.

Ade Royana (69), mengaku sudah menjadi penggarap padi di Blok Kanyere, Desa Margamukti, Kecamatan Sumedang Utara sejak tahun 2006.

"Punya lima orang anak, kendala bertani tidak ada, sudah jadi rutinitas, pupuk juga sekarang gampang didapat. Cuma kalau harga beras mahal sekarang belum merasakan, karena panen terakhir kemarin itu hasilnya kurang bagus, karena kemarau panjang," kata Ade.

Dari tiga buruh tani padi asal Sumedang ini berharap, lahan garapan untuk mereka akan tetap ada. Karena, di tengah keterbatasan tenaga di usia yang sudah semakin senja, para buruh tani ini masih ingin tetap produktif.

"Kalau gak nyawah, terus diem di rumah juga malah jadi sakit. Saya mah maunya gini terus, bisa tetap garap sawah jadi bisa terus gerak," kata Memet. 

https://bandung.kompas.com/read/2024/03/05/162642878/nasib-buruh-tani-padi-sumedang-produktif-di-usia-senja-dengan-lahan-terus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke