Salin Artikel

Caleg Gagal Subang Ungkap Alasan Bongkar Jalan dan Nyalakan Petasan

KOMPAS.com - Sosok Calon Legislatif (Caleg) DPRD Kabupaten Subang, Ahmad Rizal, sempat viral di media sosial usai penyelenggaraan Pemilu 2024.

Pasalnya, Rizal yang mendapat Daerah Pemilihan (Dapil) IV (Blanakan, Patokbeusi dan Ciasem) itu sempat menyalakan petasan dan membongkar jalan akibat kalah dalam kontestasi 5 tahunan tersebut.

Rizal merupakan petahana DPRD Kabupaten Subang dengan raihan suara terbanyak pada Pemilu sebelumnya.

Belum lama ini Kang Dedi Mulyadi bertemu dengan pria yang akrab disapa Haji Rizal tersebut. Rupanya Rizal seorang petahana DPRD Subang dengan raihan suara terbanyak berturut-turut.

Belum lama ini, Rizal bertemu dengan Caleg DPR RI sekaligus Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Dedi Mulyadi.

“Pemilu sekarang hanya dapat sekitar 4.600 suara, kalah 400 suara untuk masuk lagi,” kata Rizal kepada Dedi.

Selama menjabat sebagai anggota DPR, Rizal mengatakan, dia kerap membantu urusan pembangunan di desa yang masuk dalam Dapilnya.

Selain menggunakan dana dari anggaran negara, dia mengaku kerap mengeluarkan uang pribadi untuk pembangunan tersebut.

Kalah oleh "serangan fajar?"

Rizal menambahkan, dia pun tak pernah memberi uang atau "serangan fajar" kepada warga selama periode Pemilu lalu, karena dia selalu membuktikan dengan kinerjanya selama menjabat.

Akan tetapi, Rizal harus menelan kekalahan pada Pemilu kali ini. Selain suara yang terbelah, menurutnya, banyak warga memilih Caleg yang baru dikenal karena tergoda "serangan fajar".

"Putra daerah sama-sama kalah, yang menang bukan orang sini, orang Subang (Kecamatan Subang),” ujar Rizal.

Alasan bongkar jalan dan nyalakan petasan

Rizal mengungkapkan alasannya membongkar jalan dan tembok irigasi usai kalah pada Pemilu 2024. Dia menjelaskan, tembok irigasi dibongkar oleh warga dari daerah lain.

“Urusan tembok irigasi itu permintaan dari RT 6 karena jadi banjir, bukan karena kalah, dibongkarnya oleh warga,” ucap Rizal.

Sementara jalan, lanjutnya, dia membongkarnya karena kesal dengan salah satu warga yang seolah menantangnya meski selama ini telah dia bantu.

“Orang itu setiap waktu dibantu, rumah dibantu, jalan dicor, kok tiba-tiba ngomongnya seperti menantang. Jadi karena satu orang itu saya jengkel. Jalan juga dibongkar tidak semuanya, hanya ke rumah dia saja,” jelasnya.

Terkait aksi menyalakan petasan yang sempat viral di media sosial, dia menyatakan bahwa hal itu hanya euforia.

Saat itu banyak warga datang kepadanya kemudian meminta petasan karena mengira Rizal menang Pemilu 2024.

"Jadi dewan 15 tahun bukannya menambah kekayaan, bukan tambah istri, malah yang ada sawah 120 hektar sudah habis untuk membangun dan membantu masyarakat," tutur Rizal.

"Istri juga tidak bertambah malah berkurang, dari asalnya 4, sekarang 2. Jadi sekarang mau fokus bertani lagi,” sambungnya.

Tanggapan Dedi Mulyadi

Sementara itu, Dedi menilai, Rizal adalah salah satu contoh anggota dewan yang berkinerja baik.

Menurut Dedi, pembangunan infrastruktur di daerah Dapil IV baik dan banyak warga memberikan kesaksian yang positif terkait sosok Rizal.

“Sekarang sudah ada penjelasan Pak Haji (Rizal) soal petasan itu, hanya syukuran karena dianggap akan menang lagi. Kedua, irigasi dibongkar itu karena warga kebanjiran, kemudian jalan dibongkar karena marah pada salah satu orang,” paparnya.

“Yang lalu biarlah berlalu, Pemilu sudah berlalu, dan Pak Haji sudah menerima semuanya,” pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2024/03/10/182759278/caleg-gagal-subang-ungkap-alasan-bongkar-jalan-dan-nyalakan-petasan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com