Salin Artikel

Kisah Ibnu Husni Mubarok, Mantapkan Hati Jadi Marbut untuk Amalkan Ilmu

Sejak 2019, dia menjadi marbut di Masjid Nurul Izzah, Kelurahan Cisaranten Kulon, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung.

Meski hanya mendapatkan gaji sekitar Rp 1,8 juta per bulan, Ibnu sudah memantapkan hatinya menjalani pekerjaannya setiap hari dengan suka cita.

Sebagai seorang marbut, dia harus datang lebih awal dibandingkan jemaah yang akan beribadah di masjid untuk bersih-bersih hingga mengumandangkan azan.

Ibnu mengaku, keputusannya untuk menjadi seorang marbut tak terlepas dari andil sang uwa (kakak dari orang tua) yang menyuruhnya untuk merantau ke Kota Bandung.

"Pertama kesini disuruh uwa, saya waktu itu masih belajar di Pesantren Cintawana, Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya. Katanya ke Bandung jadi marbut ngurus masjid," ujarnya saat ditemui Kompas.com, Jumat (22/3/2024).

Awalnya, perintah dari uwa-nya itu tidak langsung disetujuinya. Ditambah lagi adanya tawaran dari teman yang mengajak berkerja di tempat lain.

Dia pun sempat pikir-pikir selama beberapa waktu, hingga akhirnya terketuk oleh perkataan uwa-nya yang langsung merasuk ke hati dan pikiran.

"Waktu pertama bukan keinginan, tapi disitu ada kalimat dari uwa untuk memanfaatkan ilmu. Tidak ada kepikiran jadi marbut, kalimatnya begini supaya ilmu kamu bermanfaat dan barokah jadi harus berbakti menjadi marbut di Bandung," tambah Ibnu.


Meski hanya kalimat biasa bagi sebagain orang, namun menurut Ibnu perkataan uwa-nya itu merupakan wejangan agar dia bisa mendapatkan ridho dari Allah SWT.

Setelah menyelesaikan pendidiknya di pesantren, Ibnu pun langsung bergegas berangkat ke Bandung menjadi marbut di Masjid Nurul Izzah seperti yang diinginkan uwa-nya.

"Kenapa masjid ini, karena ada kenalan dari uwa yang katanya butuh orang untuk mengurus masjid ini. Katanya juga, mengurus masjid pekerjaan yang mulia," terangnya.

Sesampainya di Bandung, Ibnu yang tinggal tanpa ada sanak keluarga di tempat barunya ini, terpaksa tidur di masjid sambil beradaptasi dengan profesi barunya sebagai marbut.

"Awal-awal tinggal di masjid sempat merasa kesepian juga. Karena umur segituan (20-an) orang lain lagi suka main, tapi saya diam di mesjid. Tapi nggak apa-apa, selama itu positif saya terus jalani," ucapnya.

Berbakti kepada agama menjadi marbut

Ibnu mengakui, penghasilannya sebagai marbut masjid tidak sebesar bila dibandingkan bekerja di tempat lain. Apalagi saat ini, sudah berumah tangga dan mempunyai satu anak berumur dua tahun buah cintanya.

Namun baginya, itu bukanlah masalah karena yang Ibnu cari adalah ridho dari Sang Pencipta. Menurut dia, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat kepada sesama.

Meski hanya bermodalkan ilmu agama yang tak seberapa, tetapi menjadi seorang marbut, dia pun bisa menambah wawasan dan ilmunya dengan para ustaz.

Selain itu dia juga percaya, bila berbakti kepada agama, maka pintu rezeki akan terbuka lebar. Hal itu sebagaimana tertulis dalam kitab suci Al-Qur'an.

"Dalam ayat Al-Qur'an, barang siapa yang bertaqwa maka Allah SWT membuka jalan keluar dan memberikan rezeki dari yang tidak disangka-sangka," katanya.

"Alhamdulillah sampai sekarang Allah SWT selalu mencukupkan rezeki untuk keluarga kecil saya. Salah satunya rezeki itu saya pernah dapat bantuan satu kali dari pemerintah," sambung Ibnu.

Sebagai seorang manusia yang ditugaskan oleh Sang Pencipta untuk terus berikhtiar, perkejaan sampingan mulai dari menjadi guru ngaji privat hingga membuka jasa antar jemput anak sekolah pun dijalaninya.


Pekerjaan sampingannya itu tidak sampai mengganggu profesi utamanya sebagai seorang marbut.

Ibnu mengaku tidak pernah lelah menjadi seorang marbut, karena setiap hari dipertemukan dengan orang-orang baik.

"Alhamdulillah enak menjadi marbut, disini (masjid) sambil ngajar ngaji juga, ada yang minta diajarkan privat. Tetapi yang utamanya dijauhkan dari hal-hal yang negatif," ujar Ibnu.

"Yang saya ambil dari profesi ini, jauh dari hal jelek karena sibuk ngurus masjid, pergaulan juga terjaga. Bisa mengamalkan ilmu dapat pahala juga," tambahnya.

Ibnu berkomitmen akan terus mengadikan hidupnya menjadi seorang marbut. Salah satu alasannya karena hatinya selalu senang bila melihat banyak jemaah datang ke masjid untuk beribadah dan belajar ilmu agama.

Bantuan Untuk Marbut Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Provinsi Jabar, Faiz Rahman mengatakan, program bantuan khusus kepada para marbut diluar masjid di bawah pengelolaan Pemprov Jabar belum ada.

Diterangkannya, Bagu marbut yang bekerja di masjid dalam kewenangan Pemprov Jabar tersebut mendapatkan gaji di atas Upah Minimum Kabupatan dan Kota (UMK) sekitar Rp3 juta lebih per bulannya.

"Kalau kebijakan marbut secara umum se-Jabar belum ada, tapi kita memastikan bagi marbut di masjid di bawah kewenangan Pemprov semisal Al-Jabbar, Pusdai atau Islamic Center disupport oleh Pemprov," ujarnya.

Saat ini, bantuan khusus yang diberikan oleh Pemprov Jabar hanya ditujukan kepada para guru ngaji.

Hal ini mengacu pada Kanwil Kemenag setempat dan bentuk bantuannya berupa perlindungan BPJS Ketenagakerjaan dan santunan.

Namun demikian, di setiap kabupaten dan kota memiliki kebijakannya masing-masing terkait dengan bantuan kepada para marbut. Mengingat, ada tingkatan tertentu dalam pengelolaan masjid mulai dari tingkat kecamatan hingga provinsi.

"Kalau masjid ada jenjangnya, ada masjid raya tingkat Pemprov, masjid agung tingkat kabupaten dan kota. Masjid besar tingkat kecamatan, masjid jami tinggkat desa atau kelurahan. Rata-rata di kewilayahan di tingkat kabupaten dan kota kebijakannya," terang Faiz.

Faiz menambahkan, pada momen-momen tertentu seperti bulan Ramadhan, marbut mendapatkan bantuan. Salah satu bantuan tersebut berupa sembako.

"Bekerjasama dengan BAZNAS Jabar dan di Pemprov Jabar ada UPZ (unit pengumpulan zakat) ini kira-kiranya penyaluran zakatanya berupa sembako kalau gak salah bingkisannya. Marbut di bawah Pemrov dan Islamic Center teralokasikan ini programnya merata tidak besar tapi bentuk perhatian," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2024/03/23/050000378/kisah-ibnu-husni-mubarok-mantapkan-hati-jadi-marbut-untuk-amalkan-ilmu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke