Salin Artikel

2 Pekerja Perbaikan Jembatan Cihambulu Jadi Korban Preman, Dedi Mulyadi Turun Tangan

KOMPAS.com - Dua pekerja pembangunan Jembatan Cihambulu yang menghubungkan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang, Jawa Barat (Jabar), disebut menjadi korban pembacokan oleh preman setempat.

Mendapat laporan tersebut, calon Anggota DPR RI dari Partai Gerindra, Dedi Mulyadi, langsung datang ke lokasi kejadian.

Pasalnya, perbaikan jembatan yang telah rusak selama enam tahun itu menggunakan dana pribadi sebesar Rp 1 miliar dari Dedi Mulyadi dan diharapkan selesai pada pertengahan April 2024.

“Awalnya dia (preman) minta uang, terus tiba-tiba memukul,” cerita salah satu mandor perbaikan jembatan kepada Dedi, dikutip dari saluran YouTube Dedi Mulyadi dan dikonfirmasi ulang Kompas.com, Minggu (24/3/2024).

Pekerja lain yang bertugas mengoperasikan alat berat, kepada Dedi, bahkan mengaku menjadi korban pembacokan di bagian tangan kanannya.

“Saya mau naik menjalankan beko, tiba-tiba pelaku mengancam mau membunuh. Kemudian golok dibacokkan ke tangan kanan saya,” kata pekerja tersebut.

Lapor polisi

Mendengar kesaksian para pekerjanya, Dedi berencana melaporkan kasus tersebut kepada pihak kepolisian.

“Kami sudah punya niat baik membantu warga menyelesaikan problemnya, termasuk berkorban membangun jembatan yang menghubungkan dua kabupaten, tapi masih ada manusia yang tidak punya otak,” ujar Dedi geram.

“tidak bisa, laporkan ke polisi, proses (hukum). Tidak ada damai, nanti jadi kebiasaan, premanisme ke perdamaian,” tegasnya.

Dedi menekankan, dia tidak ingin aksi premanisme apalagi kekerasan terus dibiarkan, karena dapat menghambat investasi masuk ke pedesaan.

“Nanti kebiasaan, kalau ada investasi masuk, diancam. Nanti siapa yang mau investasi di sini? Ke pekerjaan Dedi Mulyadi saja berani, apalagi ke orang lain,” ucap Dedi.

Dia pun meminta pekerja yang menjadi korban segera membuat laporan resmi ke polisi agar dapat kembali bekerja dengan tenang.

“Saya minta ini dijaga bersama, kemudian pelakunya dicari. Kalau tidak ada jaminan keamanan lebih baik ini (perbaikan jembatan) berhenti. Sekarang, proses laporan ke polisi diantar Pak Kades. Premanisme tidak ada perdamaian,” ungkapnya.

Temui istri pelaku

Usai meminta keterangan dari para korban, Dedi pun mendatangi rumah pelaku yang terletak di sekitar jembatan.

Akan tetapi, pelaku yang bernama Arifin alias Ipin itu kini telah melarikan diri ke daerah lain usai kasus ini viral. Di rumah itu, Dedi hanya bertemu dengan istri pelaku, Eneng.

“Setelah kejadian sampai sekarang, (suaminya) tiga hari belum pulang lagi ke rumah,” ungkap Eneng.

Menurut Eneng, suaminya belum punya pekerjaan sejak keluar dari penjara karena kasus penyalahgunaan narkoba.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, Eneng membuka warung dengan penghasilan bersih Rp 30.000 - Rp 50.000 per hari.

Dia mengaku tidak pernah ikut campur seputar penghasilan suaminya, karena Ipin akan marah bila ditanya soal sumber uang yang diberikan kepada Eneng.

“Paling kasih uang Rp 100 ribu itu pun tidak setiap hari, makanya saya makan dari jualan warung saja,” bebernya.

Kini, keberadaan Ipin masih misterius. Eneng pun berpesan agar suaminya itu segera pulang dan menyelesaikan permasalahan tersebut.

“Aa (Ipin) cepat pulang, segera selesaikan masalahnya sama Pak Dedi dan Pak Lurah,” tutur Eneng.

Usai bertemu Eneng, Dedi berharap, Ipin bisa lekas pulang untuk menjalani proses hukum. Namun, lanjutnya, Dedi masih bersedia memaafkannya jika Ipin berjanji tidak mengulangi perbuatannya.

“Kan sekarang suami tidak ada, jangan sampai berbuat kriminal lagi, suruh pulang, warungnya saya beri bantuan modal. Jangan berbuat kriminal lagi kan sudah ada bantuan modal,” ujar Dedi kepada Eneng.

“Sekarang yang terpenting (Ipin) pulang, minta maaf, jangan sekali-kali lagi, proyek siapa pun tidak boleh diganggu,” pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2024/03/25/134427678/2-pekerja-perbaikan-jembatan-cihambulu-jadi-korban-preman-dedi-mulyadi-turun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke