Salin Artikel

Pembukaan Lahan Jadi Salah Satu Sebab Longsor di Bandung Barat

Pembukaan lahan menjadi salah satu penyebab longsor yang merusak enam rumah, tembok penahan tebing, mengancam tiga rumah, dan dua bangunan warung di wilayah tersebut. 

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Hendra Gunawan menjelaskan, secara umum faktor penyebab gerakan tanah di Kampung Cibungur ini salah satunya disebabkan pembukaan lahan yang ditelantarkan.

"Pembukaan lahan pada bagian atas berupa kupasan lereng (cut and fill) yang ditelantarkan tanpa ada pemadatan, pengendalian air rembesan (drainase bawah permukaan) dan pengendalian air permukaan secara menyeluruh (tata alir atau saluran) serta penguatan lereng hanya sebatas tembok penahan tebing," ucapnya dalam keterangannya, Sabtu (6/4/2024). 

Hendra melanjutkan, bagian atas merupakan tanah timbunan hasil pemotongan lereng bersifat gembur yang cukup tebal, sedangkan di bagian bawah berupa breksi tufaan yang bersifat lebih kedap air. 

"Air permukaan yang mengalir liar dari lereng atas meresap masuk ke dalam retakan yang sudah terbentuk sehingga meningkatkan bobot massa tanah. Drainase yang buruk dan tidak tertata dalam saluran khusus pada lereng bagian atas dari pemukiman terdampak," ungkapnya. 

Perubahan tata guna lahan, katanya, menjadi área yang terbuka tidak ada tutupan vegetasi hanya ilalang dan semak belukar.

Kemiringan lereng yang curam menyebabkan tanah mudah bergerak.

"Hujan yang turun dengan durasi lama semakin menjenuhkan tanah dan mudah bergerak," ucapnya. 

Mekanisme gerakan tanah ini terjadi lantaran hujan yang berlangsung lama dan sistem pengelolaan dan pengendalian air yang buruk pada tanah hasil kupasan di daerah gerakan tanah dan sekitarnya.

Hal ini menyebabkan peresapan air ke dalam tanah sehingga bobot massa tanah menjadi meningkat. 

Perubahan tata guna lahan yang didominasi oleh ilalang dan semak belukar karena pembukaan lahan kemudian ditinggalkan serta kurangnya tanaman berakar kuat dan dalam akan mengakibatkan berkurangnya tahanan lereng.

Gaya penahan tembok TPT tidak mampu menahan beban tanah ketika jenuh air. Zona lemah di daerah tersebut merupakan batuan dasar berupa breksi tuffan dan tuff yang bersifat kedap air dengan tanah timbunan hasil pemotongan lereng yang cukup tebal dan gembur.

"Maka karena perbedaan permeabilitas dan karakteristik tanah timbunan dan batuan dasar maka kontak antara tanah timbunan dengan batuan dasarnya menjadi bidang gelincir gerakan tanah," terangnya. 


Badan Geologi menyebut potensi gerakan tanah atau longsoran pada lokasi ini dapat kembali terjadi dan bertambah luas jika tidak dilaksanakan penanganan teknisi (struktural).

Mengingat curah hujan yang masih tinggi dan masih adanya potensi gerakan tanah tersebut, untuk menghindari terjadinya longsor susulan dan jatuhnya korban jiwa, Badan Geologi menyarankan agar masyarakat yang tinggal dan beraktifitas di lokasi bencana serta pengguna jalan agar meningkatkan kewaspadaan terutama saat dan setelah hujan. 

Sebanyak enam rumah rusak berat dan tiga rumah terancam diharapkan agar direlokasi ke tempat lebih aman.

Perbaikan pengendalian air rembesan (drainase bawah permukaan) dan pengendalian air permukaan secara menyeluruh (tata salir/saluran) drainase.

Sistem keairan pada bagian atas harus dialihkan agar tidak masuk ke lokasi longsoran, sistem drainase kedap dan untuk mencegah limpasan air dan jangan sampai terjadi genangan air, menutup retakan, perbaikan permukaan lereng.

"Penanggulangan longsor dengan melakukan perkuatan lereng atau penambatan tanah serta menurunkan geometri lereng pada daerah yang sudah longsor dan daerah yang berpotensi longsor," ucapnya. 

Hendra mengatakan, lokasi ini sudah mengalami deformasi atau pergerakan tanah sehingga berpotensi bergerak lagi dan menjadi longsor jika curah hujan tinggi dan sistem drainase tidak tertata dengan baik.

Dia juga menyarankan agar area bekas longsor dan kupasan atau bukaan lahan dialihfungsikan menjadi area hijau dengan penanaman vegetasi berakar kuat. 

Badan Geologi juga menyarankan pemasangan rambu rawan bencana longsor di sekitar lokasi, khususnya di pinggir jalan raya untuk meningkatkan kewaspadaan bagi masyarakat dan pengguna jalan, serta tidak mengembangkan pemukiman di atas, pada, dan di bawah lereng dengan kemiringan sangat curam tanpa rekayasa teknis dan perkuatan lereng maupun pengendalian air bawah permukaan dan air permukaan.

"Jika ada tanda-tanda retakan tanah, segera ditutup dan diisi dengan tanah liat dan dipadatkan untuk memperlambat masuknya air kedalam tanah. Aktivitas ini agar dilakukan dengan selalu memperhatikan kondisi cuaca dan faktor keselamatan," ucapnya. 

Dijelaskan pula jenis gerakan tanah yang terjadi di Kampung Cibungur, Desa Sarinagen, Kecamatan Cipongkor merupakan jenis longsoran tanah (earth slump) dengan bidang gelincir rotasional dan bergerak lambat.

Pada bagian atas tampak goresan calon mahkota longsoran (head scarp) turun 30 sentimeter sampai 40 sentimeter dan panjang 57 meter. Terjadi pula retakan dan amblesan bagian tengah dengan lebar bervariasi dari 10 sentimeter sampai 30 sentimeter. 

Pada bagian bawah lereng di bagian datar di dalam rumah terjadi pembumbungan/bulging pada ujung longsoran (toe).

Retakan ini muncul pada permukaan tanah dengan lereng yang agak curam sampai landai di area pemukiman. Gerakan tanah berarah N 165° E atau relatif ke selatan. Area pergerakan tanah sekitar 1.980 meter persegi.

https://bandung.kompas.com/read/2024/04/06/154100978/pembukaan-lahan-jadi-salah-satu-sebab-longsor-di-bandung-barat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke