Salin Artikel

Mengenal Tanjakan Gentong, Jalur Ekstrem yang Kerap Menjadi Titik Kemacetan

KOMPAS.com - Tanjakan Gentong di Kabupaten Tasikmalaya adalah salah satu jalur yang kerap diwaspadai karena menjadi titik kemacetan dan dinilai cukup berbahaya.

Lokasi Tanjakan Gentong berada di Jalur Gentong, tepatnya di ruas Jalan Nasional Tasikmalaya-Bandung, di Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya.

Tanjakan Gentong berada di arah Tasikmalaya menuju Bandung, sementara Turunan Gentong berada di arah sebaliknya.

Jalur ini akan sangat padat, terutama ketika musim liburan serta pada arus mudik dan balik Lebaran.

Tanjakan Gentong Dijuluki Jalur Tengkorak

Dilansir dari jabar.tribunnews.com, kontur jalan berbukit dengan tanjakan yang cukup tajam dan berkelok-kelok membuat Tanjakan Gentong juga disebut sebagai jalur tengkorak.

Beberapa kendaraan kerap mogok di jalur tanjakan yang cukup tajam, baik karena kendala mesin maupun faktor sopir yang kurang menguasai medan.

Sementara kendaraan besar yang membawa muatan biasanya akan berjalan sangat pelan, sehingga menghambat laju kendaraan di belakangnya.

Antrean kendaraan juga kerap terjadi di sejumlah tanjakan ekstrem, karena beberapa kendaraan memberi kesempatan kendaraan besar di depannya menjajal tanjakan.

Tidak jarang, kendaraan besar yang gagal menanjak dan mengalami rem blong juga menjadi faktor di lokasi ini sering terjadi kecelakaan.

Kecelakaan yang terjadi di kawasan Gentong yang berkelok-kelok ini umumnya terjadi akibat faktor alam atau human error, baik karena kontur jalan yang naik turun dan juga rawan longsor.

Keberadaan Petugas Ganjal di Tanjakan Gentong

Pengendara yang melewati Tanjakan Gentong akan menemukan beberapa warga yang akan dengan sigap membantu kendaraan yang kesulitan ketika melewati tanjakan.

Mereka kerap disebut petugas ganjal atau Tim Ganjel Gentong karena tugasnya membantu mengganjal ban kendaraan roda empat agar tidak meluncur mundur ketika menanjak.

Para petugas ganjal atau Tim Ganjel Gentong ini tersebar di semua titik tanjakan yang ada di kawasan Gentong.

Secara tidak langsung, keberadaan petugas ganjal yang menjadi mitra Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Tasikmalaya Kota juga membantu kelancaran lalu lintas di tempat tersebut.

Para petugas pengganjal ban di Tanjakan Gentong ini bertugas membantu kendaraan yang mogok atau tidak kuat menanjak tentunya dengan berharap imbalan dari sang sopir.

Mereka biasanya muncul di sekitar kawasan Gentong ketika lalu lintas mulai ramai atau hanya sebagai pekerjaan musiman.

Namun seiring dengan kemajuan teknologi otomotif, kesiapan sopir, dan kondisi jalan yang semakin membaik, keberadaan petugas pengganjal ban di Tanjakan Gentong juga berangsur memudar.

"Saat arus tersendat-sendat di tanjakan, jarang yang minta diganjal. Mobilnya bagus-bagus dan sopirnya pun tangkas," kata Alif (17), salah seorang petugas ganjal, saat ditemui Tribun Jabar di kawasan Tanjakan Gentong, Selasa (25/4/2023) malam.

Alif juga mengungkap bahwa jumlah petugas ganjal binaan Polres Tasikmalaya Kota ini mencapai 70 orang.

Menjadi petugas ganjal ban juga sangat cukup berisiko karena harus tangkas mengganjal bagian bawah mobil sekaligus tetap waspada dengan adanya mobil-mobil lain yang berseliweran.

"Kami mendapat pembinaan, yang intinya harus menjaga sikap dan jangan sampai mengganggu kenyamanan pengendara," ujar Alif.

Pembangunan Lingkar Gentong dan Penambahan Lajur

Sebagai solusi dari permasalahan di kawasan Gentong, beberapa upaya telah dilaksanakan.

Salah satunya dengan melakukan membangun Jalan Lingkar Gentong sebagai cara mengatasi tanjakan curam dan kelokan tajam di daerah Tanjakan Gentong.

Jalan Lingkar Gentong ini berada sekitar 56 meter dari posisi jalan lama yang sudah ada sebelumnya tentunya dengan kontur jalan yang lebih landai.

Posisi jalan lingkar sepanjang 1,2 kilometer ini berdampingan dengan jalan lama dan menjadi jalan utama arteri selatan.

Pengerjaan Jalan Lingkar Gentong dilakukan dengan memapas bukit yang berada di sisi jalan.

Sebagian ruas jalan lingkar ini juga memotong kelokan tajam yang ada di jalan lama Tanjakan Gentong.

Jalan Lingkar Gentong ini dibuka secara resmi oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan pada 2013.

Selain itu, pemerintah juga melakukan pelebaran jalan untuk menambah lajur kendaraan di Tanjakan Gentong atas menjadi empat lajur pada tahun 2021.

Penambahan lajur ini dilakukan untuk memberikan keleluasaan kendaraan yang menanjak saat menyalip kendaraan berat yang biasanya berjalan pelan.

Sumber:
jabar.tribunnews.com/2020 
jabar.tribunnews.com/2021 
jabar.tribunnews.com/2022 
jabar.tribunnews.com/2023 
antaranews.com
regional.kompas.com (Agie Permadi, Aprillia Ika)

https://bandung.kompas.com/read/2024/04/16/222251278/mengenal-tanjakan-gentong-jalur-ekstrem-yang-kerap-menjadi-titik-kemacetan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com