Salin Artikel

Riuh Tradisi Grebeg Syawal Keraton Kanoman Cirebon, Doa untuk Dunia

Keluarga besar keraton, abdi dalem, serta masyarakat umum, tumpah ruah mengikuti tradisi Grebeg Syawal yang diadakan tiap tahun.

Mereka terlihat riuh, larut dalam doa demi keberkahan dan kedamaian bersama.

Sejak pagi, areal pemakaman salah satu dari wali sembilan di Indonesia ini, dipenuhi warga.

Mereka tak hanya berasal dari Cirebon, tapi pun kabupaten sekitar, hingga daerah luar provinsi Jawa Barat.

Mereka menanti keluarga Keraton Kanoman Cirebon untuk menggelar tradisi Grebeg Syawal.

Tampak hadir Patih Kesultanan Keraton Kanoman, Pangeran Patih Muhamad Qodiran mewakili Sultan Raja Emirudin selaku Sultan Keraton Kanoman ke XII.

Qodiran memimpin pasukan abdi dalem yang menggunakan seragam khas keraton.

Mereka langsung bergerak ke areal pemakaman bagian dalam tempat leluhur disemayamkan.

Qodiran menggelar doa yang diikuti seluruh abdi dalem. Usai prosesi doa, mereka dan juga warga sekitar, saling bersilaturahmi, bersalaman layaknya lebaran Idul Fitri pekan lalu.

Selain bersalaman, momen yang ditunggu banyak warga adalah sawer uang koin yang dibawa pihak keraton kanoman.

Saat hal ini berlangsung, warga langsung berhamburan berebut koin uang dengan nominal Rp 500-Rp 1.000.

Mereka saling berebut, bahkan beberapa kali terjadi saling dorong dan juga bersenggolan.

Namun, bukannya kemarahan, justru warga tampak merasa bahagia. Mereka tertawa satu sama lain, dan bahkan saling berbagi cerita perolehan hasil rebutan uang koin itu.

Pasalnya, mereka bukan melihat nilai nominal, melainkan perjuangan serta hakikat tradisi ini.

Jaroah, warga Kabupaten Cirebon, mengaku sangat senang mendapatkan koin Rp 500 itu.

Dia mengaku setelah sekian tahun ikut Grebeg Syawal baru kali ini mendapatkan uang koin surak dari Keraton Kanoman.

Dia pun mengaku tidak akan menggunakan untuk berbelanja, melainkan untuk teman dia saat berdagang.

"Alhamdulillah dapet satu (Rp500), ambil barokahnya saja. Tiap tahun rutin, tapi baru satu kali ini saya dapat tuh. Nanti buat disimpan, saya kan jualan," kata Jaroah usai berebut koin.

Dia berharap, kegiatan tradisi Grebeg Syawal, berziarah, serta silaturahmi dengan banyak orang, memberikan kebaikan untuk dirinya dan keluarga.

Dia juga berharap, upaya ini menjadi perantara agar Tuhan memberikan keberkahan untuk aktivitasnya berdagang.

Jurubicara Keraton Kanoman Cirebon, Ratu Raja Arimbi Nurtina, menyampaikan, Grebeg Syawal merupakan tradisi yang telah turun temurun dilakukan sejak ratusan tahun lalu.

Dia sebagai generasi keturunan yang kali kesekian ini, berupaya merawat dan melestarikan.

Secara teknis, tradisi Grebeg Syawal Keraton Kanoman Cirebon, digelar di tiap tanggal 8 bulan Syawal pada kalender Hijriyah.

Grebeg Syawal disebut juga sebagai lebaran ketupat setelah warga berpuasa Sunnah Syawal selama dari tanggal 2-7 Syawal.

Di tanggal 8 Syawal keluarga Keraton dan banyak warga berbondong-bondong ke makam Sunan Gunung Jati, untuk ziarah, nyekar, sekaligus syukuran di sekitar makam.

Momen Grebeg Syawal bersama warga, bagi Arimbi, adalah hal yang dirindukan di tiap tahunnya. Pihak keraton bertemu warga secara langsung dengan riang gembira.

"Setelah kami melaksanakan Idul Fitri, dan juga puasa sunah Syawal, dan merayakan hari raya ketupat. Kami berziarah ke makam raja raja di Cirebon," kata Arimbi saat ditemui Kompas.com di lokasi.

Arimbi berharap hal-hal baik yang telah diwariskan oleh leluhur, para pendahulu, dapat dijaga dengan baik olehnya dan keturunan berikutnya.

Arimbi juga mendoakan agar lebaran Idul Fitri dan lebaran ketupat tahun 2024 ini memberi dampak besar bagi Indonesia dan juga umumnya dunia.

Arimbi mendoakan agar kondisi Bangsa Indonesia dan dunia pada umumnya, senantiasa senantiasa damai, sejahtera, dan penuh keselamatan di tengah banyak krisis dan ujian.

"Di mana kondisi kita saat ini sedang sulit, banyak krisis krisis yang sedang terjadi, krisis ekonomi, krisis politik, dan lain sebagainya."

"Semoga diberikan keberkahan, keselamatan bagi kita bangsa Indonesia dan umumnya seluruh umat manusia di dunia," harap Arimbi.

Arimbi meyakini doa bersama yang rutin digelar di banyak tempat dan dilakukan oleh banyak orang dari berbagai latar belakang, menjadi perantara Tuhan segera mengabulkan doa doa terbaik untuk kebaikan semua manusia.

https://bandung.kompas.com/read/2024/04/17/155546478/riuh-tradisi-grebeg-syawal-keraton-kanoman-cirebon-doa-untuk-dunia

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com