CIANJUR, KOMPAS.com – Satu setengah tahun yang lalu atau tepatnya 21 November 2022, kampung ini porak poranda diguncang gempabumi magnitudo 5.6.
Nyaris tak tersisa satu pun bangunan. Semuanya luluh lantak hingga ada yang rata dengan tanah.
Betapa tidak, Kampung Cikadu 2, Desa Gasol, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ini berada dekat dengan episentrum bencana yang menelan 600 korban jiwa tersebut.
Tak ayal, bagi warga setempat, peristiwa tektonik di siang bolong itu menjadi pengalaman terburuk yang selalu terngiang dalam ingatan, tak terkecuali bagi Saadah (35).
Saadah harus kehilangan rumahnya. Seluruh harta bendanya hancur karena tertimbun reruntuhan bangunan.
Kala itu, harta satu-satunya yang tersisa hanya baju yang melekat di badan.
Kendati begitu, ibu dua anak ini tetap bersyukur karena luput dari maut. Saat kejadian, ia dapat menyelamatkan diri.
"Waktu itu lari sambil gendong bayi. Semuanya, rumah yang ada di sini hancur,” ucap Saadah saat ditemui di rumahnya, Minggu (21/4/2024) petang.
Perlahan, Saadah bersama keluarganya telah kembali menata hidup. Rumahnya pun kini sudah berdiri lagi.
Kendati tak persis seperti semula, ia mengaku beruntung karena bernasib lebih baik dibanding penyintas lain yang hingga kini masih tinggal di hunian sementara.
Tak hanya itu, lingkungannya kini jadi lebih tertata berkat program konsolidasi tanah yang digagas Rumah Amal Salman.
“Alhamdulilah, ini juga baru dapat sertifikat rumah yang baru, tadi diserahkan langsung sama pak menteri,” ucapnya.
Ketua RT setempat, Wawan Suwandi mengatakan, sebanyak 55 kepala keluarga menerima sertikat rumah baru dan diserahkan langsung secara simbolis oleh Menteri ATR/Kepala BPN Agus Harimurti Yudhoyono.
Melalui progam konsolidasi tanah ini, warga menghibahkan sebagian lahannya untuk pelebaran akses jalan dan gang.
“Karena posisi bangunan dan luasannya berubah itu maka dibuatkan sertifikat baru. Terima kasih untuk para pihak yang telah merealisasikannya,” ucap Wawan.
Wawan menuturkan, seluruh bangunan rumah warga di kampungnya terdampak saat gempa mengguncang.
“Ada yang meninggal dan banyak yang terluka parah waktu itu. Alhamdulilah, sekarang warga pelan-pelan berupaya bangkit dan mulai pulih,” kata dia.
Kendati begitu, sampai saat ini masih ada 10 kepala keluarga yang tinggal di hunian sementara karena rumahnya belum diperbaiki.
“Janjinya (bantuan cair) di tahap 4. Mudah-mudahan bisa secepatnya agar warga kami semua bisa kembali lagi ke rumahnya masing-masing,” ujar Wawan.
Ketua Umum Rumah Amal Salman Mipi Ananta Kusuma mengatakan, program penataan kampung melalui konsolidasi tanah telah menjadi tonggak utama dalam mengembalikan kehidupan masyarakat.
Menurut dia, program yang digagas sejak setahun lalu itu dapat terealisasi berkat iuran tanah warga untuk tata ulang lanskap permukiman.
“Dalam prosesnya, warga secara sukarela menghibahkan 5 hingga 10 persen tanahnya untuk membantu memperbesar akses jalan utama serta gang dalam kampung," kata Mipi.
Dalam pengerjaannya, jalan utama yang semula rabat beton ditingkatkan dengan paving block dan diperlebar menjadi 2,6 meter, lengkap dengan drainase.
"Begitu juga jalanan di gang yang asalnya berkelok-kelok diupayakan menjadi lebih lurus dengan lebar 1,2 meter dan tersambung ke jalan utama," ujar dia.
Mipi berharap, program ini dapat menjadi sebuah antisipasi manakala terjadi bencana kembali.
“Warga bisa lebih mudah melakukan evakuasi, menjadi lebih lancar berkat perbaikan akses jalan yang telah dilakukan,” imbuhnya.
https://bandung.kompas.com/read/2024/04/22/090436078/ketika-penyintas-gempa-cianjur-iuran-tanah-kampung-jadi-tertata-rapi