Salin Artikel

Derita Penyintas Gempa Cianjur, Melahirkan di Tenda Darurat karena Tak Ada Uang

CIANJUR, KOMPAS.com - Warga korban gempa bumi magnitudo 5,6 di Cianjur, Jawa Barat, masih banyak yang tinggal di tenda darurat sambil menanti pencairan dana untuk perbaikan rumah.

Hampir dua tahun menempati "rumah-rumah terpal" tersebut, para penyintas ini terpaksa menjalani kehidupannya dalam kondisi serba terbatas.

Bahkan, di antara mereka ada yang terpaksa menjalani persalinan di dalam hunian sementara. Seperti yang dialami dua ibu muda asal Kecamatan Cugenang, Cianjur,  Mala (19) dan Laela (24).

Mala, warga Kampung Pasir Peundeuy, Desa Talaga, ini menuturkan, dua bulan lalu dia melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki dengan dibantu bidan desa.

"Iya, di sini lahirannya (tenda). Alhamdulillah lancar dan bayinya selamat," kata Mala kepada wartawan saat ditemui, Kamis (25/4/2024).

Mala menuturkan, tinggal di tenda darurat dalam kondisi hamil dan saat ini tengah mengurus bayi bukan situasi yang mudah.

"Sewaktu hamil dulu juga sering sakit, batuk, demam, dan suka gatal-gatal," ucapnya.

"Tapi, paling diobatinya pakai air godokan, ramuan kampung karena tidak ada biaya untuk berobatnya," sambung dia.

Saat ini, Mala tinggal bersama empat anggota keluarganya. Sebelumnya, bangunan yang terbuat dari terpal dan tempelan tripleks ini sempat ditempati tiga KK atau kepala keluarga.

"Terpaksa tinggal di sini karena rumah kan hancur kena gempa dan bantuannya untuk membangun kembali juga belum juga cair," ujar Mala.

Kondisi tak jauh beda juga dialami Laela. Warga Kampung Padarum, Desa Benjot, Cugenang, ini pun berharap bisa segera membangun rumahnya.

Pasalnya, kondisi saat ini dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan bayinya yang baru berumur empat bulan tersebut.

"Kalau siang panas dan gerah, malamnya dingin sekali (tinggal di tenda). Kasihan ke bayinya. Mudah-mudahan bisa segera dapat pindah ke tempat yang lebih layak," imbuhnya.

Wakil Bupati Cianjur TB Mulyana Syahrudin tidak menampik bahwa sampai saat ini masih banyak warga korban gempa tinggal di hunian sementara dan tenda darurat.

Mulyana mendapati hal ini usai meninjau ke sejumlah lokasi permukiman yang terdampak bencana, kemarin petang.

Dia berharap, bantuan perbaikan tahap 4 bisa segera tersalurkan agar semua penyintas kembali ke rumah masing-masing.

"Kalau sudah cair, warga yang masih berada di tenda bisa kembali tinggal di rumah yang layak seperti pada saat sebelum terjadi bencana," kata Mulyana saat dihubungi wartawan, Kamis.

Perihal kondisi penyintas yang memiliki bayi dan masih tinggal di tenda darurat tersebut, Mulyana menyebutkan, sudah dalam penanganan tenaga medis dari puskesmas setempat.

"Kondisi kedua bayinya sehat dan sudah ada dari pihak puskesmas yang melakukan kunjungan secara rutin untuk mengontrol kesehatannya," ujar Mulyana.

https://bandung.kompas.com/read/2024/04/25/153925778/derita-penyintas-gempa-cianjur-melahirkan-di-tenda-darurat-karena-tak-ada

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com