Salin Artikel

Belasan Pelaku UMKM Disabilitas Buka Sentra Kuliner di Lembang

Barista berusia 24 tahun itu mengalami keterbatasan pendengaran sejak usia balita. 

"Mohon maaf, saya tuna rungu dan tunawicara. Harus pelan-pelan pesan minumannya. Terimakasih," ucap Fauzi kepada salah satu pelanggannya.

Bagi Fauzi, keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk menjadi seorang barista yang bisa meracik kopi layaknya orang-orang normal pada umumnya.

Melalui segelas kopi, ia ingin melawan stigma. Ia ingin membuktikan bahwa tuna rungu pun bisa mandiri secara ekonomi dengan keterampilan dan usaha yang dilakoni dengan baik.

"Awalnya ikut pelatihan barista dari Kemensos, setelah dilatih kemudian dibina sampai bisa usaha mandiri. Harapannya saya ingin menjadi barista terbaik," kata Fauzi.

Fauzi adalah salah satu dari belasan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) penyandang disabilitas yang menjajakan dagangannya di kawasan wisata Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat.

Mereka yang terdiri dari tuna daksa, tuna rungu, tunawicara, tuna netra, dan bahkan sebagian tuna wisma menjual berbagai macam produk kuliner dari makanan tradisional hingga minuman kekinian.

Lapak mereka berdiri di pelataran kantor, berkat fasilitas yang disediakan Kementerian Sosial (Kemensos) melalui Badan Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) di Jalan Raya Tangkuban Parahu, Lembang, Bandung Barat.

Menteri Sosial Tri Rismaharini mengatakan, halaman kantor BBPPKS ini sengaja disulap menjadi Sentra Kreasi Atensi (SKA) yang mewadahi para pelaku UMKM disabilitas dan tunawisma.

"Kenapa ini kita buat, karena sebetulnya baik orang disabilitas maupun mereka yang miskin sebetulnya kalau diberikan kesempatan yang sama, mereka bisa berhasil dan bisa sukses," sebut Risma.

Didirikannya sentra kuliner bagi para pelaku UMKM disabilitas ini sebagai upaya negara memberi ruang untuk orang-orang yang sering dipandang sebelah mata.

"Seringkali kita tidak memberikan ruang kepada mereka karena menganggap bahwa mereka tidak punya kemampuan."

"Nah dengan adanya SKA ini kita berharap ruang itu diberikan yang sama untuk siapa pun dia khususnya bagi mereka yang kurang sejahtera," ujar Risma.

Kepala BBPPKS, Iyan Kusmadiana juga mengatakan, di SKA bukan hanya menyuguhkan kuliner, tapi juga ada beragam kerajinan tangan seperti tumbler, kaus, lukisan kanvas, dan buah tangan bagi wisatawan Lembang.

"Sekarang kan sudah ada 14 orang yang sedang berjualan di sini. Ini yang jualan di luar yah, yang di dalam juga banyak kerajinan tangan. Jumlahnya puluhan itu diambil dari binaan-binaan kami," kata Iyan.

Iyan menjelaskan, para pelaku UMKM ini tidak serta merta membuka lapak. Sebelumnya, -seperti yang dijalani Fauzi, mereka mendapat pelatihan serius sebelum diberi ruang usaha.

Selanjutnya mereka dibina mulai dari mengelola modal usaha hingga bagaimana memutarkan roda ekonomi hingga stabil.

"Mereka harus mandiri sampai nanti mereka buka sendiri-sendiri. Kalau latihannya gak lama paling seminggu, di sini tentang manajemennya kalau skill-nya kan mereka sudah punya skill sendiri," papar dia.

"Jadi nanti teman-teman yang di sini kalau sudah bisa sendiri, nanti kami berikan modal untuk membuka tempat sendiri. Yang di sini diganti lagi sama yang baru," tandas dia.

https://bandung.kompas.com/read/2024/04/25/182808478/belasan-pelaku-umkm-disabilitas-buka-sentra-kuliner-di-lembang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke