PANGANDARAN, KOMPAS.com - Banyak suka duka yang dialami anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) saat membantu penanggulangan bencana di suatu daerah.
"Suka dukanya banyak, dinikmati saja," kata Ketua Tagana Kabupaten Pangandaran, Nana Suryana saat ditemui di Mako Tagana, di daerah Parigi, Kamis (2/5/2024).
Nana menceritakan, pengalaman yang tak akan pernah terlupa adalah gempa Cianjur. Saat itu, 15 anggota Tagana Pangandaran di-BKO kan untuk membantu warga Cianjur.
"Kami di Cianjur selama 4 bulan membantu warga, bikin dapur umum, membangun hunian sementara," tutur dia.
Nana dan rekan-rekannya harus menyediakan 5.000 porsi nasi bungkus per hari untuk warga di posko pengungsian yang berada di Warungkondang, Cianjur.
Kerja keras dan rasa lelah anggota Tagana, terbayar saat melihat senyuman para penyintas gempa bumi. Bagi Nana, penyintas bisa sedikit tersenyum di tengah musibah, merupakan semangat yang luar biasa.
"Teman-teman senang jika sudah ada warga yang bisa tersenyum. Ini penghargaan luar biasa," katanya.
Karena lama berada di Cianjur, warga dan anggota Tagana sudah merasa seperti keluarga. Bahkan, saat Tim Tagana akan kembali ke Pangandaran, warga sempat menahannya agar tidak kembali.
"Kita diarak 2000-an warga di pengungisan itu. Semuanya menangis saat itu," beber Nana.
Saat hendak pulang, warga di pengungsian membuat oleh-oleh untuk diberikan kepada anggota Tagana. Bahkan mobil penuh oleh-oleh dari warga.
"Mereka membuat sendiri. Kata warga, itu harus dibawa," ujar Nana.
Sampai saat ini, warga Cianjur tetap menjalin silaturahmi dengan Tagana Pangandaran. Mereka tetap mengadakan komunikasi.
"Sudah menganggap kita sebagai keluarga," katanya.
Mempermudah Rezeki
Diakui Nana, banyak keluhan saat menjadi anggota Tagana. Namun sebisa mungkin keluhan itu dinikmati saja.
"Karena basic kita relawan," tegas dia.
Menjadi relawan tentunya harus banyak berkorban. Bahkan, Nana beberapa kali merogoh tabungan pribadinya untuk operasional.
"Itu tak jadi masalah selama kita membantu orang," ucap dia.
Nana mengaku sempat mengalami sakit. Saat itu, dia berkata pada diri sendiri, jika sembuh ingin ditempatkan di tempat yang lebih bermanfaat untuk orang lain.
"Saat masuk Tagana sampai lupa pernah sakit. Dulu pernah punya kecemasan tinggi. Allah memberi jalan kesembuhan sampai sekarang, alhamdulillah," ucap Nana.
Dia berpikir, saat membantu orang lain, Allah akan mempermudah rezekinya.
"Alhamdulillah saya di Cianjur 4 bulan. Yang di rumah juga aman (ada rezekinya)," ucap Nana.
Ketagihan Menolong
Nana mulai bergabung ke Tagana pada 2016. Sebelumnya, dia aktif di relawan BPBD.
"Setelah tsunami tahun 2006 di Pangandaran, sempat bikin komunitas sendiri. Ini terpicu dari tsunami 2006," katanya.
Saat itu, Nana melihat daerahnya sendiri dilanda bencana. Dia kemudian membentuk komunitas relawan mandiri bersama anak-anak Vespa. Komunitasnya tanpa nama.
Ada beragam kegiatan yang dilakukan, mulai dari menggalang donasi hingga membuat dapur umum. Sebab saat itu ia melihat warga rebutan nasi dan membutuhkan bantuan.
"Di kampung sendiri sampai kekurangan support logistik saat tsunami," kisahnya.
Sejak saat itu, Nana ikut komunitas pengurangan risiko bencana di tingkat desa. Kemudian mengikuti pelatihan Unit Cepat Siaga di BPBD provinsi.
"Saya ketagihan menolong orang," tegasnya.
Pada tahun 2016, Nana dipertemukan dengan Tagana. Ia pun mengikuti pelatihannya dan gabung menjadi anggota.
Namun, ia tidak terlalu fokus, karena masih bekerja. Hingga suatu hari ia memutuskan fokus di Tagana dan melepas pekerjaannya.
Tagana Berjiwa Sosial Tinggi
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Pangandaran, Dedi Surachman mengatakan, kiprah Tagana sangat luar biasa.
Para relawan Tagana tak kenal lelah dan tak kenal waktu dalam membantu warga yang membutuhkan.
"Banyak hal sudah dilakukan dari skala kabupaten sampai ditugaskan di luar Pangandaran saat ada bencana. Seperti saat ada gempa di Cianjur, hingga banjir di Demak saat bulan puasa kemarin," kata Dedi.
Dedi mengungkapkan, Tagana Pangandaran berdiri sejak pemekaran Kabupaten Ciamis. Relawan yang dibentuk Kementerian Sosial ini bekerja dalam mitigasi bencana hingga penanganan bencana.
"Mereka terjun ke lapangan," katanya.
Di Pangandaran sendiri, ada 61 anggota Tagana. Mereka berasal dari berbagai profesi, ada nelayan, petani, hingga buruh.
Oleh pemda, mereka diberi insentif Rp 500.000 per orang.
"Mereka tak menghitung upah. Jiwa sosialnya tinggi. Timbul dari hati nurani, jika ada bencana mereka harus terjun," katanya.
https://bandung.kompas.com/read/2024/05/02/155203278/kisah-relawan-tagana-4-bulan-tinggalkan-keluarga-bantu-penyintas-gempa