Salin Artikel

Protes Penanganan Kasus Vina dan Eky, Ratusan Warga Tabur Bunga di Jembatan Talun Cirebon

KOMPAS.com - Ratusan warga menggelar aksi damai berupa tabur bunga di Jembatan Talun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Jabar), pada Sabtu (1/6/2024) sejak sekitar pukul 14.00 WIB.

Aksi tersebut merupakan bentuk protes warga atas penanganan penegak hukum terhadap kasus pembunuhan Vina dan Eky.

Aksi tersebut digelar di Jembatan Talun, lokasi jasad Vina dan Eky diduga dibuang agar seolah tampak sebagai korban kecelakaan lalu lintas.

Koordinator aksi, Andre mengatakan bahwa mereka datang untuk menuntut penegakan keadilan atas kasus tersebut.

"Kami datang ke sini untuk tegakkan keadilan seadil-adilnya, tanpa tebang pilih, siapa pun itu," kata Andre, dikutip dari TribunJabar.id.

Selain itu, dia menambahkan, mereka juga ingin mengingatkan semua pihak mengenai sila ke-5 Pancasila.

Menurutnya, sila tersebut telah menekankan bahwa keadilan merupakan milik semua orang, bukan hanya bagi pihak-pihak yang berkuasa.

"Kami hadir di sini mengingatkan, dalam sila ke-5, yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, bukan bagi rakyat yang punya kuasa," ujar Andre.

Soroti kinerja penegak hukum

Massa yang hadir, lanjut Andre, juga menyoroti kinerja penegak hukum yang dianggap belum memuaskan dalam menangani kasus pembunuhan Vina dan Eky.

"Jadi tuntutan kami, harapan kami hari ini dan ke depannya kepada penegak hukum yang sedang bekerja, silakan tunjukan kinerja kalian kepada masyarakat, sehingga masyarakat bisa mempercayai Polri," ucap Andre.

Dia menilai, ketidakpercayaan masyarakat kepada penegak hukum bisa meluas bila kasus ini tidak kunjung terungkap dengan adil.

"Jangan sampai yang sudah beredar di media sosial, yang sudah digadang-gadangkan, bahwa netizen akan setuju untuk membuat tagar "Buat Apa Lapor Polisi", jika (kasus) ini tidak segera terungkap," ungkapnya.

"Sejauh ini yang kita tahu masih belum ada keputusan yang bisa membuat kita mengarah pada satu tujuan, yang ada masih simpang siur, masih ada isu salah tangkap," sambungnya.

Pegi Setiawan korban salah tangkap?

Andre memilih tidak berkomentar lebih lanjut mengenai isu yang menyebut Pegi Setiawan menjadi korban salah tangkap dan dikambinghitamkan dalam kasus pembunuhan Vina dan Eky.

"Kalau Pegi (minta) dibebaskan saya belum bisa berkomentar karena penyidik sekarang ini masih bekerja dan saya rasa penyidik ini bukan orang-orang yang tidak berpendidikan," tutur Andre.

Meski begitu, dia menegaskan, polisi harus bertindak adil bila Pegi terbukti tidak bersalah dalam kasus pembunuhan Vina dan Eky.

"Pesan kami di sini, ketika dia (Pegi) tidak terbukti bersalah, segera keluarkan SP3, jika terbukti bersalah segera proses secara hukum," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul "Ratusan Orang Lakukan Tabur Bunga di Jembatan Talun, Tuntut Keadilan untuk Kasus Vina Cirebon"

https://bandung.kompas.com/read/2024/06/01/183709778/protes-penanganan-kasus-vina-dan-eky-ratusan-warga-tabur-bunga-di-jembatan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com