Salin Artikel

Keluh Kesah Peternak Cileunyi, Sepi Pembeli Sapi Jelang Idul Adha

Lelaki 47 tahun itu sebenarnya memiliki nama asli Hendra Cipta. Namun, karena eratnya pekerjaan dia dengan sapi, julukan Deden "Sapi" pun menjadi melekat pada dirinya. 

Kata "Sapi" yang disematkan di belakang namanya menandakan dia telah lama berkecimpung di dunia peternakan.

Suasana saat ini, menurut Deden, sebenarnya sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan hantaman pandemi Covid-19 serta wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyusul.

Masih lekat di ingatan Deden, bagaimana pandemi Covid-19 dan wabah PMK menjadi momok yang menakutkan bagi dia dan banyak peternak sapi lainnya.

"Waktu Covid-19 semua perekonomian ya sama turunlah, apalagi kami, dan terus itu PMK juga bikin kami kesulitan," kata Deden saat ditemui di kandang sapinya, Selasa (4/6/2024).

Deden bercerita, kegiatannya mengurus sapi sudah dimulai sejak tahun 1991.

Berawal dari keahlian yang diwariskan keluarga, Deden lalu mencari pengetahuan lebih dalam soal cara beternak sapi.

"Saya masih ingat betul, dulu jaman sapi per ekornya masih Rp 4 juta, saya sudah mulai belajar, nah sekarang harganya sudah Rp 25 juta," kata Deden.

Warisan keahlian dari keluarga tak ia sia-siakan, kandang yang awalnya hanya menampung beberapa ekor sapi, kini sudah mampu menampung 50 ekor sapi.

Meski sapi yang dia kelola bukan miliknya, ia bersyukur keahlian turun-temurun dari keluarganya masih bisa dipraktikkan.

"Ya saya turun temurun. Dulu enggak di sini, tempatnya pindah-pindah, ini ada yang dari investor, juga ada milik Desa Cileunyi Kulon," kata dia.

Jenis sapi yang dijualnya mulai dari metal, limosin, pegon, rambonan, dan peranakan ongole (PO).

"Kalau di sini sapi jenis maduraan itu kurang peminat, kalau yang lain terbilang bagus, sekarang saya jual yang paling murah Rp 20 juta yang paling mahal Rp 40 juta," tutur dia.

Tahun ini, kata Deden, jauh dari perkiraan, justru para peternak hewan kurban mengalami masa sepi pembeli.

Pelbagai cara, kata dia, sudah digunakan untuk bisa mencari konsumen agar membeli sapi yang diurusnya.

"Paling tidak, calon pembeli sudah berkunjung ke kandangnya untuk melihat kondisi langsung itu merupakan peluanglah," ujar dia.

Dari 50 ekor sapi yang diurusnya, tahun ini hanya beberapa ekor sapi yang sudah dipesan pembeli.

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, meski hanya mengurus 50 ekor sapi, dulu Deden mampu menjual sampai 150 ekor sapi.

Bahkan, tahun lalu, satu bulan sebelum Idul Adha rata-rata sapi di peternakan sudah habis terjual. Tak sedikit, peternak yang mencari sapi tambahan ke kandang lain.

"Kebetulan tahun ini sepi pembeli, enggak biasanya. Ini juga sapi yang ditandai baru sebagian. Saya juga ini udah ke mana-mana juga jualin."

"Petani juga kasian enggak laku, sama rekan dipromokan kurang lebih baru 15 persen yang laku, padahal waktu udah mepet sekarang," tutur dia.

"Saya juga enggak tahu faktor apa ini, apa ekonomi atau apa atau pergantian pemilu, tapi sama yang lain juga sama sepi," lanjut dia.

Deden menjelaskan, saat ada wabah PMK, banyak peternak yang kekurangan sapi lantaran mati mendadak, tetapi permintaan tinggi.

Setelah wabah PMK lewat, ia dan peternak yang lain menduga tahun ini penjualan sapi akan meningkat, nyatanya masih jauh dari harapan.

Meski saat ini Deden dan peternak mengalami kesulitan dalam menjual ternaknya, ia mengaku tak akan menyerah.

"Masih ada beberapa waktu lagi, kami terus kerja sama dengan peternak lain agar bisa laku sapi di sini buat Idul Adha," ucap dia.

https://bandung.kompas.com/read/2024/06/04/130149778/keluh-kesah-peternak-cileunyi-sepi-pembeli-sapi-jelang-idul-adha

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com