Salin Artikel

Kronologi Ratusan Warga Sukabumi Keracunan Makanan Hajatan, 2 Orang Meninggal

KOMPAS.com - Ratusan warga di Kecamatan Sagaranten dan Kecamatan Curugkembar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, diduga mengalami keracunan makanan.

Dua warga meninggal diduga akibat kejadian ini.

Camat Sagaranten Ridwan Agus mengatakan, para korban mulanya mengonsumsi makanan hajatan di Desa Pasanggrahan, Kecamatan Sagaranten, Minggu (9/6/2024).

Isi nasi boks tersebut, yaitu nasi merah, tumis buncis, mi, dan ayam goreng.

Beberapa jam usai menyantap hidangan itu, warga merasakan mual, pusing, meriang, muntah-muntah, dan buang air besar secara terus-menerus.

Para warga yang diduga mengalami keracunan mulai mendatangi fasilitas kesehatan setempat pada Senin (10/6/2024).

Hingga Selasa (11/6/2024) siang, masih banyak warga yang berdatangan ke puskesmas maupun rumah sakit.

Cucu Sumintardi selaku Kepala Bidang Upaya dan Pembiayaan Kesehatan Dinas Kesahatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi menuturkan, hingga Kamis (13/6/2024), jumlah korban mencapai 194 orang.

“Yang masih dirawat ada 63 orang di Puskesmas Sagaranten dan RSUD Sagaranten,” ujarnya, Kamis.

Kejadian ini diduga mengakibatkan dua warga meninggal.

Dua orang itu adalah anak berinisial NR (9), yang meninggal pada Senin (10/6/2024) sekitar pukul 23.15 WIB; sedangkan Nandang (54) mengembuskan napas terakhir pada Rabu (12/6/2024) sekira pukul 12.40 WIB.

Cucu menuturkan, Dinkes belum mengetahui penyebab pasti dugaan keracunan makanan tersebut. Untuk itu, Dinkes sudah mengirimkan sampel makanan ke Balai Laboratorium Kesehatan Jawa Barat untuk diperiksa.

"Kami masih menunggu hasil pemeriksaan laboratarium,” ucapnya.

Usai diduga mengalami keracunan, bocah tersebut dibawa ke Puskesmas Curugkembar, lalu dirujuk ke RSUD Sagaranten.

"Korban mengalami gejala keracunan usai menyantap makanan di acara syukuran pernikahan kerabatnya di Kampung Ciminggir, Desa Pesanggrahan, Kecamatan Sagaranten, Ahad (9/6)," ungkapnya, Selasa (11/6/2024), dilansir dari Antara.


Berdasarkan informasi yang diterima Asep, anak itu mulai mengalami gejala pada Senin sekitar pukul 18.00 WIB.

Korban lantas dibawa ke Puskesmas Curugkembar. Sewaktu menjalani perawatan, anak itu sempat kejang-kejang.

NR akhirnya dirujuk ke RSUD Sagaranten. Akan tetapi, kondisi kesehatan korban terus menurun. Pukul 23.05 WIB, NR meninggal dunia.

"Kasus meninggalnya seorang korban keracunan ini sudah ditangani pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, untuk mengungkap penyebab utamanya. Apakah korban meninggal murni akibat keracunan makanan atau ada pemicu atau penyebab lainnya," tuturnya.

Saat ini, Dinkes Jawa Barat sedang meneliti sampel makanan yang disajikan di hajatan tersebut.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Riki Achmad Saepulloh | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief, Reni Susanti), Antara

https://bandung.kompas.com/read/2024/06/13/173700178/kronologi-ratusan-warga-sukabumi-keracunan-makanan-hajatan-2-orang-meninggal

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com