Salin Artikel

3 Pemuda di Tasikmalaya Tewas Diduga Tenggak Miras Oplosan, 2 Kritis

KOMPAS.com - Sebanyak tiga remaja di Tasikmalaya, Jawa Barat, tewas diduga akibat pesta minumas keras (miras) oplosan. Sementara dua lainnya masih jalani perawatan intensif di rumah sakit. 

Pihak kepolisian setempat tengah memastikan lebih detail kasus ini, termasuk lokasi kelima remaja tersebut menenggak miras.

"Laporan sementara, ada 5 orang yang diduga minum miras itu Kamis lalu. Tiga meninggal dan 2 lainnya saat ini sedang mendapatkan penanganan medis," jelas Kapolsek Puspahiang, Iptu Dedi Haryana, dilansir dari Tribunnews.com, Senin (15/7/2024). 

Kondisi korban 

Sementara itu, ketiga korban meninggal diduga keracunan miras oplosan adalah A (17), G (17) dan AG (22). 

Menurut Kepala Seksi (Kasi) Pelayanan Medis RSUD SMC, dr Sudaryan, mengatakan, dua korban sempat mendapatkan penanganan di RSUD Singaparna Medika Citrautama Tasikmalaya.

Namun kondisinya tak tertolong dan akhirnya dinyatakan meninggal dunia. Sementara korban AG diketahui meninggal pada Minggu (14/7/2024). 

"Betul, ada kasus terduga keracunan alkohol. Dua (korban) yang sempat ditangani RSUD SMC meninggal dunia," katanya.  

"Gejala dari kedua pasien nyaris sama. Datang ke IGD dengan keadaan umum (seperti) penurunan kesadaran dan henti jantung. Sempat ditangani, namun nyawanya tidak tertolong," tambahnya, Minggu (14/7/2024).

Sementara itu, dari keterangan sementara sejumlah saksi, para korban meninggal diduga tenggak alkohol 70 persen dicampur serbuk minuman berenergi. 

Beli "online"

Sementara itu, dari hasil penyelidikan semenara, Kasatreskrim Polres Tasikmalaya, AKP Ridwan Budiarta mengungkap, bahwa bahan untuk membuat racikan miras oplosan tersebut dibeli secara online.

Hal itu berdasar keterangan dari dua korban yang berinisial W dan O, Keduanya saat ini masih menjalani perawatan. 

"Dari penuturan W dan O yang saat ini masih dalam kondisi kritis, meski memang kami belum memperoleh keterangan maksimal lantaran 2 orang ini masih dalam pemulihan, bahan-bahan miras oplosan itu dibeli secara online oleh korban yang meninggal," jelasnya, Senin (15/7/2024).

Di sisi lain, pihak rumah sakit sendiri belum dapat memastikan kadar dan kandungan alkohol dalam darah korban.

"Menurut wawancara dengan temannya, pasien ini sebelumnya meminum alkohol 70 persen yang dicampur serbuk minuman berenergi. Dari kami, baru terduga keracunan alkohol," kata Sudaryan.  

"Berdasarkan wawancara dan hasil pemeriksaan fisik saja, karena kami belum memiliki alat untuk membuktikan kadar atau keberadaan kandungan alkohol dalam darah," tutup Sudaryan.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul: 3 Remaja di Tasikmalaya Tewas Keracunan Miras Oplosan

https://bandung.kompas.com/read/2024/07/15/193613578/3-pemuda-di-tasikmalaya-tewas-diduga-tenggak-miras-oplosan-2-kritis

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com