Sementara di siang hari, kondisi suhu berubah drastis, terasa sangat terik.
Dede Iyus (52), seorang warga Karangtengah Cianjur, mengaku merasakan kondisi suhu yang sangat dingin tersebut, terutama saat pagi buta.
"Apalagi kalau sedang berkendara pakai motor, dinginnya kayak langsung ke tulang," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (16/7/2024) pagi.
Iyus yang setiap pagi buta harus ke pasar untuk memasok sayuran ini menuturkan, hampir sepekan terakhir ia kerap memakai jaket berlapis.
"Tapi setelah itu, agak siangan, mulai panas dan gerahnya minta ampun," tambahnya.
Warga lain, Maura Nafisa (16), juga merasakan kondisi yang sama. Menurut dia, suhu dingin saat ini tidak seperti biasanya.
"Sudah dua hari keluar rumah subuh-subuh karena harus ikut MPLS di sekolah, dinginnya ternyata minta ampun," kata dara asal Kelurahan Sayang, Cianjur, ini.
Puncak kemarau
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu menjelaskan, suhu udara dingin belakangan ini berkaitan dengan puncak kemarau pada Juli-Agustus.
Selama sepekan terakhir, suhu terus menurun dan saat ini suhu terendah mencapai 16,6 derajat celsius. Kondisi ini terjadi hampir merata di sejumlah wilayah di Jawa Barat.
"Nilai suhu minimum normal rata-rata pada Juli adalah 18,2 derajat celsius, dan di Agustus nilainya 17,5 derajat celsius," kata Ayyu dalam siaran pers yang dikutip Kompas.com.
Menurutnya, suhu dingin ekstrem pada puncak musim kemarau yang terjadi pada malam, dini, dan pagi hari ini disebabkan oleh ketiadaan awan yang memicu pelepasan energi secara maksimal.
"Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan permukaan Bumi mendingin dengan cepat karena kehilangan energi secara maksimal," terang dia.
“Sedangkan pada siang hari, terik sinar matahari maksimal karena tidak ada tutupan awan,” Ayyu melanjutkan.
Pemicu lainnya adalah adanya musim dingin di wilayah Australia yang mengakibatkan pergerakan massa udara dingin menuju Indonesia, atau lebih dikenal dengan angin monsun Australia.
"Angin monsun Australia ini membawa udara dingin dan kering ke wilayah Indonesia yang berada di wilayah BBS atau belahan Bumi selatan," ujarnya.
BMKG memprediksi fenomena suhu dingin ini secara empiris akan berlangsung hingga Agustus 2024.
Namun, Ayyu meminta masyarakat tidak panik dengan fenomena ini.
“Karena suhu dingin pada puncak musim kemarau adalah suatu fenomena yang wajar terjadi, terutama untuk wilayah Indonesia di BBS," tandasnya.
https://bandung.kompas.com/read/2024/07/16/070610678/warga-cianjur-rasakan-peralihan-suhu-ekstrem-subuh-menggigil-tapi-siang