Salin Artikel

Pemkab Cirebon Ubah Nama Aplikasi "SiPepek" Jadi "SiPepeg"

KOMPAS.com - Usai jadi sorotan publik, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon kini mengubah nama aplikasi Sistem Informasi Administrasi Pemerlu Pelayan Kesejahteraan Sosial yang awalnya SiPepek menjadi SiPepeg.

Kepala Dinas Sosial (Kadinsos) Kabupaten Cirebon, Indra Fitriani mengatakan, pihaknya sempat berencana membuat aplikasi SiPepek versi kedua.

"Tapi karena viral, kami bukan membuat SiPepek versi kedua, tapi SiPepek new Generation yang disingkat SiPepeg," kata Indra, Kamis (18/7/2024), dikutip dari TribunCirebon.com.

Indra menjelaskan, aplikasi ini merupakan realisasi dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Cirebon, Jawa Barat (Jabar), yang diluncurkan pada tahun 2021.

"Pada tahun 2021, warga Kabupaten Cirebon tidak ada yang ribut atau komplain," ujar Indra.

"Tahun 2022, layanan (SiPepek) sudah berjalan baik dengan rata-rata 200 layanan per hari," imbuhnya.

Menurutnya, salah satu tujuan Pemkab Cirebon membuat aplikasi ini adalah untuk menyejahterakan masyarakat.

Bahkan pada tahun 2023, layanan dalam aplikasi tersebut diperluas. 24 layanan baru pun ditambahkan pada tahun 2024, termasuk untuk kemiskinan, disabilitas, kebencanaan dan keterlantaran.

"Totalnya kini ada 29 layanan," ucap Indra.

Indra menekankan, aplikasi yang dibuat khusus untuk warga Kabupaten Cirebon ini hendak turut mengangkat kearifan lokal termasuk dalam penamaannya.

Pepek dalam bahasa Cirebon berarti penuh atau komplit alias serba ada, tidak sama dengan arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang berarti alat kelamin perempuan.

Selain itu, huruf 'e' pada kata 'Pepek' dalam bahasa Cirebon berbunyi seperti huruf 'e' pada kata 'tegas' dalam bahasa Indonesia.

Dengan pembaruan ini, Indra berharap, SiPepeg dapat mempermudah warga Kabupaten Cirebon dalam mengakses seluruh layanan kesejahteraan sosial.

"Aplikasi ini pelayanannya untuk masyarakat Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS)," tandasnya.

Sebelumnya, Pemkab Cirebon memang mempertimbangkan untuk mengganti nama aplikasi SiPepek usai viral karena dianggap seksis.

Penjabat (Pj) Bupati Cirebon, Wahyu Mijaya menyampaikan, pihaknya berkoordinasi dengan Dinsos yang mengelola aplikasi tersebut.

"Sedang kami lakukan evaluasi saat ini, yaitu peningkatan versinya dengan melengkapi 24 fitur lainnya. Dimungkinkan namanya berubah, namun intinya kami tingkatkan layanannya," tutur Wahyu, Senin (15/7/2024).

Menurutnya, pengubahan nama aplikasi tersebut dilakukan usai mendapat masukan dari berbagai pihak, meski warga Kabupaten Cirebon tidak ada yang mempermasalahkan.

Dia justru mengaku kecewa kepada pihak-pihak yang mengartikan negatif nama aplikasi tersebut.

“Yang harus sama-sama dipahami, penulisan katanya mungkin sama, tetapi pelafalannya berbeda. Frasa itu artinya lengkap atau semua ada, diambil dari bahasa Cirebon yakni pepek atau pepeg," ungkap Wahyu.

"Penggunaannya juga hanya di Kabupaten Cirebon, bukan diperuntukkan secara nasional,” sambungnya.

“Beda bahasa, beda lafal, bisa berbeda pengertian. Apalagi ini pelafalannya berbeda. Maksud saya, mari kita sama-sama menghargai akar dan budaya bahasa Cirebon," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2024/07/19/081418778/pemkab-cirebon-ubah-nama-aplikasi-sipepek-jadi-sipepeg

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com