Salin Artikel

Kiai Jadi Korban Geng Motor di Tasikmalaya, Uu Ruzhanul Ulum Cegah Santri "Sweeping"

KOMPAS.com - Pemimpin Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ulum Petirhilir Ciamis, KH Ujang Abdussalam, dikabarkan menjadi korban kekerasan yang diduga dilakukan oleh geng motor di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat (Jabar).

Kaca mobil milik Ujang dipecahkan oleh diduga geng motor saat melintas di Jalan Kolonel Basyir Surya, Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya, Jabar, pada Senin (8/7/2024) dini hari.

Buntut tindakan tersebut, ratusan santri dari Ciamis dan Tasikmalaya mendatangi Mako Polres Tasikmalaya Kota, pada Senin (8/7/2024) malam, untuk mendampingi Kiai Ujang membuat laporan atas kejadian yang menimpanya tersebut.

Mereka pun memperingatkan para geng motor agar tidak melakukan tindakan yang merugikan masyarakat.

"Silakan buat klub, silakan bersilaturahmi dengan organisasi dengan gengnya, tapi ubahlah perilaku jangan sampai merugikan masyarakat," kata koordinator lapangan para santri, H. Wawan Abdul Malik Marwan, Senin (8/7/2024), dikutip dari TribunJabar.id.

Para santri juga meminta para pelaku perusakan meminta maaf secara langsung kepada Ujang.

"Pesan untuk pelaku, 'bila Anda beritikad baik, datang ke Pondok Pesantren Darul Ulum Petirhilir Ciamis untuk minta maaf, dan kami akan maafkan'," seru Wawan.

"Kalau tidak ada itikad baik untuk datang ke pesantren kami dan tidak ada tindakan dari pihak kepolisian, kami para santri akan sweeping untuk mencari orang tersebut," sambungnya.

Tanggapan Uu Ruzhanul Ulum

Salah satu tokoh Pondok Pesantren Miftahul Huda yang dijuluki sebagai Panglima Santri, Uu Ruzhanul Ulum, turut angkat bicara mengenai persoalan tersebut.

"Saya sebagai anggota komunitas pesantren merasa prihatin dengan adanya kejadian yang menimpa salah satu anggota keluarga besar Pesantren Miftahul Huda," ujar Uu, Jumat (19/7/2024).

Meski begitu, dia menegaskan, aksi sweeping yang hendak dilakukan oleh para santri juga bukan hal yang baik.

"Terkait sweeping yang sempat dilontarkan para santri, itu bukan hal yang baik, bukan penyelesaian yang baik. Itu akan membuat masalah semakin besar," ucap Uu.

Dia berharap, para santri dapat menahan diri dan mempercayakan penanganan kasus ini kepada pihak kepolisian.

"Janganlah ada kata-kata sweeping. Kalau pun ada yang mengajak, saya harap para santri bisa menahan diri," harapnya.

"Terutama kepada rais-raisnya yang ada di pesantren, tolong deteksi sedini mungkin, jangan sampai ada santri yang keluar dengan alasan apa pun, tapi tujuannya untuk mengadakan kegiatan-kegiatan yang bertolak belakang dengan norma agama," lanjutnya.

Dia tidak memungkiri para santri memiliki ikatan emosional satu sama lain, apalagi terhadap para kiainya.

Karena itu juga, dia menambahkan, pihak kepolisian dapat segera menangkap para pelaku perusakan mobil Ujang.

"Kami menunggu dan kami yakin pelakunya bisa ditangkap dan bisa selesai semuanya, tidak akan ada kejadian yang kedua kalinya, semuanya bisa lancar, dan tidak ada masalah ke depannya," tutur Uu.

"Saya sebagai warga Tasikmalaya juga tidak enak, apalagi orang Ciamis, nanti Tasikmalaya kesannya seperti itu, tapi kalau pelakunya bisa segera ditangkap, Tasikmalaya akan dapat pujian dari wilayah-wilayah lain," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2024/07/19/162010978/kiai-jadi-korban-geng-motor-di-tasikmalaya-uu-ruzhanul-ulum-cegah-santri

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com