Salin Artikel

Soal Pilkada, Sandiaga Uno: Saya Lebih Mengenal DKI Jakarta Ketimbang Jawa Barat

BANDUNG, KOMPAS.com - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, menanggapi permintaan sejumlah partai politik salah satunya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) agar dirinya mau mengikuti ajang Pilkada Jawa Barat 2024.

Sandiaga mengatakan, untuk saat ini dia masih fokus menyelesaikan tugas-tugasnya di sisa masa jabatan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

"Saya belum ada penugasan dari partai dan selama belum ada penugasan saya fokus tugas Kementerian karena selama tiga bulan terakhir ini saya harus menyiapkan untuk pengganti saya. Karenanya kita harus fokus menyelesaikan beberapa tugas dan menyiapkan tongkat estafet, " kata Sandiaga saat ditemui seusai mengikuti Pocari Sweat Run 2024 di halaman Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Minggu (21/7/2024).

Ketika ditanya peluang lainnya untuk maju di Pilkada DKI Jakarta, Sandiaga mengaku hal tersebut lebih masuk akal ketimbang maju di Pilkada Jawa Barat.

"Kalau DKI saya jauh lebih kenal karena pernah mengikuti pilkada dan pernah menjabat wakil gubernur. Tapi juga belum ada penugasan di DKI, jadi teman-teman sabar dulu, " jelasnya.

Pilkada Jabar, menurut Sandiaga, memiliki tingkat kesulitan yang lebih ketimbang Pilkada DKI Jakarta. Salah satu yang membuatnya berat adalah tingkat popularitas dan elektabilitas Ridwan Kamil sebagai petahana dinilai sulit disaingi.

"Jabar ini provinsi terbesar dan perlu kerja keras betul dan incumbent memiliki rekam jejak yang baik, dan hasil dari berbagai survei menunjukan incumbent kuat di sini," akunya.

Meski dinilai berat untuk dirinya, Sandiaga akan tetap mengikuti perintah partainya, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) jika menugaskan dirinya mengikuti Pilkada Jabar atau Pilkada DKI Jakarta.

"Tentunya partai nanti memutuskan, sebagai kader saya harus betul-betul mempertimbangkan karena ini provinsi yang besar, sangat luas, terbesar jumlah penduduknya dari populasi Indonesia. Jadi kita harapkan semua Pilkada berjalan lancar dan Jabar pasti jadi barometer, " tandasnya.

Diberitakan sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid meyakini, Menparekraf Sandiaga Uno bisa mengejar elektabilitas mantan Gubernur Jabar Ridwan Kamil untuk menjajaki Pilkada Jabar 2024.

Meski begitu, ia tak menampik Sandiaga butuh kerja keras untuk mengupayakan hasil tersebut

“Kalau Pak Sandi mau bekerja keuber itu (elektabilitas Emil),” ujar Jazilul di Kantor DPP Partai Demokrat, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta, Selasa (16/7/2024).

Meski begitu, ia menyebutkan, saat ini Sandiaga belum bekerja optimal meningkatkan elektoralnya.

Jazilul menyatakan, langkah PKB untuk mengusung Sandiaga di Pilkada Jabar 2024 tertahan karena hal itu.

“Bukan elektoralnya belum terlalu (tinggi), ya tidak ada gerakan yang signifikan. Jadi perlu bekerja lagi,” ucapnya.

Ketua DPP PPP Achmad Baidowi atau Awiek menyambut positif ketertarikan PKB mendukung Sandiaga Uno untuk maju dalam Pilkada Jabar 2024. PPP, tegas Awiek, siap membahas keberminatan PKB itu.

https://bandung.kompas.com/read/2024/07/21/093541278/soal-pilkada-sandiaga-uno-saya-lebih-mengenal-dki-jakarta-ketimbang-jawa

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com