Salin Artikel

Belasan Kambing Diserang Binatang Buas di Cikidang Sukabumi

SUKABUMI, KOMPAS.com - Tiga ekor kambing milik warga kembali diserang binatang buas diduga macan tutul di wilayah Desa Cikarae Thoyyibah, Kecamatan Cikidang, Sukabumi, Jawa Barat, Senin (5/8/2024).

Kali ini serangan bintang buas terjadi di kandang kambing milik Ujum (50) di Kampung Pasir Pangli.

Sebelumnya terjadi di kandang domba milik Tarib (58) di Kampung Leuweung Datar, Sabtu (3/8/2024). Akibatnya 10 ekor kambing menjadi korban.

Tokoh masyarakat Nanang Suryana menjelaskan, serangan binatang buas yang diduga macan tutul di kampungnya terjadi dua kali di lokasi berbeda. Jarak dari kejadian pertama dengan kedua sekitar 500 meter.

"Dalam dua kali kejadian sudah ada 13 ekor kambing menjadi korban," jelas Nanang kepada Kompas.com di Kampung Pasir Pangli, Senin (5/8/2024).

Rinciannya, kejadian di kandang milik Tarhib sebanyak 10 ekor meliputi 2 ekor selamat hanya mengalami luka leher, 6 ekor mati, dan 2 ekor masih berusia 3 hari hilang dibawa kabur binatang buas.

Sedangkan di kandang milik Ujum sebanyak 3 ekor kambing menjadi korban, dua ekor selamat hanya luka pada leher dan 1 ekor kambing dibawa kabur binatang buas.

"Yang diketemukan selamat akhirnya disembelih oleh pemiliknya. Juga yang disembelih ini ada yang sedang hamil," ujar mantan Ketua RK 7 di Desa Cikarae Thoyyibah.

Sebelum dua kali kejadian beruntun, lanjut Nanang, sekitar sebulan lalu ada 2 ekor kambing menjadi korban serangan binatang buas. Lokasinya sekitar 1 kilometer dan beda RW.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 10 ekor kambing diduga digigit binatang buas di Kampung Leuweung Datar, Desa Cikarae Thoyyibah, Kecamatan Cikidang, Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (3/8/2024).

Enam ekor ditemukan mati di dalam kandang, dua ekor selamat, namun mengalami luka pada leher serta dua ekor hilang. Masyarakat menduga kambing-kambing itu dimangsa macan tutul jawa (Panthera pardus melas).

"Kambing-kambing mati diketahui sama pemiliknya Pak Tarib Sabtu pagi saat akan memberi pakan," kata tokoh masyarakat Kampung Leuweung Datar, Nanang Suryana kepada Kompas.com saat dihubungi melalui telepon, Minggu (4/8/2024).

"Dia (Pak Tarib) kaget melihat kambing-kambing sudah pada tergeletak di dalam kandang," sambung mantan Ketua Rukun Warga (RW) Kampung Leuweung Datar.

Lalu, lanjut Nanang, pemilik langsung mengecek kondisi kambing-kambingnya satu persatu. Ternyata pada leher bagian kiri dan kanan semuanya terdapat bolong-bolong, luka gigitan diduga oleh macan tutul.

"Terus ngecek di sekitar bawah kandang terdapat beberapa jejak kaki yang diduga jejak kaki macan tutul itu," tutur dia.

Menurut Nanang, pengakuan pemilik kambing di dalam kandang sebanyak 10 ekor meliputi  jantan dewasa ada 2 ekor dan betina dewasa ada 6 ekor serta 2 ekor anaknya yang baru lahir sekitar 3 hari.

Enam ekor kambing ditemukan mati, dua ekor hanya mengalami luka pada leher yang akhirnya disembelih. Serta dua ekor yang masih bayi dimangsa dan bagian ususnya ditemukan di ujung kebun.

Jarak kandang kambing ke rumah pemilik sekitar 300 meter, sedangkan jarak dari kandang ke pinggiran hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) sekitar 1 kilometer.

"Rumah pemilik memang cukup jauh. Tapi ada  rumah warga terdekat kandang sekitar 30 meter. Namun saat kejadian rumahnya dalam keadaan kosong,"  beber Nanang.

Dalam mengantisipasi kejadian serupa masyarakat pada Sabtu malam melakukan ronda keliling perkampungan. Masyarakat berharap kejadian kambing-kambing diduga dimangsa macan tutul ini segera dapat penanganan.

"Tentunya saat ini kami masyarakat merasa was-was. Kami berharap kepada pemerintah dan instansi yang menangani satwa liar dapat segera ada penanganan," harap Nanang. 

https://bandung.kompas.com/read/2024/08/05/130434678/belasan-kambing-diserang-binatang-buas-di-cikidang-sukabumi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com