Salin Artikel

Dedi Mulyadi: Kalau Pak Jokowi Beri Sepeda, Saya Pilih Beri Domba

Dalam kunjungan tersebut, Dedi berdiskusi dengan kelompok tani beras organik dan memberikan bantuan uang kepada Febri, seorang bocah setempat, untuk membeli domba.

"Saya dari dulu sudah biasa memberi domba kepada warga. Kalau Pak Jokowi memberi sepeda, saya lebih memilih memberi domba," kata Dedi di sela-sela acara silaturahmi.

Dedi menjelaskan bahwa ia memilih memberi domba karena ingin warga Jawa Barat memiliki ketahanan pangan.

Menurutnya, ketahanan pangan berawal dari tradisi lingkungan. Jika di setiap rumah sudah menanam bawang, cabai, sayuran, buah-buahan, serta padi di sawah atau di polibag, maka warga sudah berkontribusi dalam membangun ketahanan pangan.

"Jika ini tercapai, negara Indonesia akan menjadi negara yang kokoh," jelas Dedi.

Lebih lanjut, Dedi menyatakan bahwa dari ketahanan pangan akan lahir ketahanan ekonomi, yang ia sebut sebagai ekosistem ekonomi. Hal ini sering ia sampaikan saat bertugas di Komisi IV DPR RI dan sudah dijalankan di kampungnya, Lembur Pakuan, Kabupaten Subang.

"Hulu dari pertanian adalah hutan. Oleh karena itu, hutan tidak boleh gundul karena menjadi sumber air," ujar mantan Bupati Purwakarta ini.

Dedi menjelaskan bahwa air dari hutan akan mengalir ke bendungan, yang kemudian menciptakan sungai dan kolam. Di kolam, terdapat ikan, dan air dari kolam serta kotoran ikan akan mengalir ke persawahan, sehingga menjadi penyubur alami untuk sawah.

"Dari situ tercipta ekosistem ekonomi, karena kotoran ikan menjadi pupuk bagi sawah-sawah," tambahnya.

Lebih lanjut, Dedi menjelaskan bahwa rumput di sawah bisa disabit untuk pakan ternak, seperti domba dan sapi. Kotoran ternak tersebut kemudian dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam tong, dicampur dengan tetes tebu, dan dibiarkan selama 14 hari untuk menghasilkan pupuk organik.

"Jadi, anak laki-laki di daerah pertanian wajib punya domba. Setelah pulang sekolah, mereka bisa mencari rumput, menggembala, dan memberi makan ternak," tegas Dedi.

Dedi menambahkan, saat ini banyak anak yang menganggur sepulang sekolah dan hanya bermain ponsel atau sepeda motor. "Jangan seperti itu," katanya.

Sebagai bagian dari program ketahanan pangan, Dedi memberikan bantuan uang sebesar Rp 6 juta kepada Febri, seorang siswa SD yang tinggal bersama ayahnya yang bekerja sebagai pencari barang rongsokan.

"Uangnya digunakan untuk membeli tiga ekor domba betina, dan sisanya untuk membuat kandang," jelas Dedi.

https://bandung.kompas.com/read/2024/09/05/172110778/dedi-mulyadi-kalau-pak-jokowi-beri-sepeda-saya-pilih-beri-domba

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com