Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, mengungkapkan bahwa survei ini dilakukan pada 3-12 Oktober 2024, dengan melibatkan 1.200 responden dari berbagai kabupaten dan kota di Jawa Barat.
Survei menggunakan metode tatap muka dengan margin of error sebesar 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
"Dari survei terbaru, elektabilitas dua calon gubernur Jawa Barat mengalami peningkatan meskipun tidak signifikan. Sedangkan yang lainnya ada yang turun atau tetap stagnan," ujar Burhanuddin dalam rilis yang disampaikan melalui akun YouTube Indikator Politik Indonesia, Senin (14/10/2024).
Pada survei periode sebelumnya (2-8 September 2024), elektabilitas Dedi Mulyadi mencapai 77,3 persen, tapi sedikit turun menjadi 73,4 persen.
Ahmad Syaikhu yang sebelumnya di angka 10,8 persen kini naik menjadi 13 persen.
Sementara itu, Acep Adang meningkat dari 2,2 persen menjadi 3 persen, dan Jeje Wiradinata tetap stagnan di angka 2,1 persen.
"Ektabilitas Dedi Mulyadi turun sedikit menjadi 73,4 persen. Ahmad Syaikhu naik menjadi 13 persen, Acep Adang 3 persen, dan Jeje Wiradinata tetap di 2,1 persen," ungkap Burhanuddin.
Lebih lanjut, Burhanuddin menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan masyarakat Jawa Barat terhadap calon gubernur.
Faktor paling dominan adalah anggapan bahwa sosok tersebut memiliki perhatian besar kepada rakyat, dengan 38,4 persen responden memilih berdasarkan alasan ini.
Faktor lain termasuk ketidakkenalan terhadap figur calon lain (13 persen), pengalaman di pemerintahan (8,9 persen), serta bukti nyata hasil kerja yang dianggap memadai (8,4 persen). Sementara sisanya memberikan alasan yang beragam.
https://bandung.kompas.com/read/2024/10/14/172747078/survei-indikator-di-pilkada-jabar-dedi-mulyadi-urutan-pertama-ahmad-syaikhu