Salin Artikel

Dituding Culik Anak, Pria di Cirebon Terluka Parah karena Diamuk Warga

Warga yang tak tahan emosi langsung mengejar terduga pelaku yang nekat melarikan diri saat diamankan perangkat desa. Aksi main hakim ini diredam petugas Polsek Mundu, Polres Cirebon Kota.

Aksi main hakim warga terhadap pria misterius yang diduga menculik anak ini terekam kamera warga pada Senin malam. Dalam video itu, tampak warga yang geram langsung ramai-ramai berteriak dan mengejar pria tersebut.

Setelah terkejar, pria itu menjadi bulan-bulanan warga. Perangkat desa dan petugas kepolisian langsung melerai dan membawa tersangka ke rumah sakit untuk penanganan medis.

Iskandar, kepala Dusun 3, Desa Suci Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, menyampaikan, peristiwa itu terjadi di wilayah pesayangan Blok Banyusrep, Desa Banjarwangunan, Senin sore.

Menurut informasi, kata Iskandar, terduga pelaku sudah membawa seorang anak. Ibu anak yang melihat aksi pelaku pun kaget lalu berteriak.

"Di situ dia lari, dikejar warga hingga blok Tenggeran. Di situ, terduga pelaku ditangkap warga, lalu dibawa ke Balai Desa Suci, lalu diamankan perangkat dan petugas Polsek Mundu," kata Iskandar, saat ditemui Kompas.com di Balai Desa Suci, Selasa (15/10/2024) pagi.

Meski telah diserahkan, warga yang kesal berbondong-bondong ke balai desa hingga memenuhi halaman. Iskandar bersama perangkat berusaha meminta keterangan dari terduga pelaku namun tidak menjawab.

Tiba tiba, Senin malam, saat hendak dibawa ke polsek setempat, pria misterius ini berusaha melarikan diri hingga melompati pagar balai desa. Seketika, warga langsung mengejar dan meluapkan emosinya. Pada saat yang sama, perangkat desa dan petugas kepolisian langsung melerai dan mengamankan pria misterius di jalan raya.

"Terlalu banyak warga, terus tersangka melarikan diri, warga juga emosi, loncat pagar, lari ke jalan raya, dikejar dan kena. Pas pihak kepolisian langsung mengamankan," tambah Iskandar.

Dibawa ke rumah sakit

Iptu Didi Sumardi, kapolsek Mundu, Polres Cirebon Kota, menegaskan pihaknya langsung mengamankan pria misterius tersebut. Tim Polsek langsung membawa pria itu ke Rumah Sakit Pelabuhan, yang kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Gunung Jati.

"Sampai saat ini, pria misterius tersebut masih diobservasi tim medis Rumah Sakit Gunung Jati Kota Cirebon," kata Didi saat ditemui Kompas.com di Polsek Mundu.

Didi menjelaskan, Tim Inafis Polres Cirebon Kota sudah melakukan olah TKP sekaligus memeriksa identitas terduga pelaku tersebut. Petugas menggunakan rekaman sidik jari laten untuk melihat database kependudukan lantaran tersangka tidak memiliki identitas apapun.

Terkait adanya dugaan gangguan jiwa, Didi tidak dapat memberikan keterangan sebelum adanya pemeriksaan medis pihak berwenang.

Dirinya meminta agar masyarakat tahan diri dan bersabar agar tidak mudah main hakim sendiri, dengan menganiaya orang yang belum diketahui kebenarannya.

https://bandung.kompas.com/read/2024/10/15/115716078/dituding-culik-anak-pria-di-cirebon-terluka-parah-karena-diamuk-warga

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com