Salin Artikel

Beasiswa untuk Mahasiswa Asal Jabar Dianggap Tak Transparan, Bey Sebut Bisa Dianulir

Bey menjelaskan, pekan lalu pihaknya telah melakukan evaluasi terhadap JFLS.

Program ini merupakan bantuan biaya pendidikan bagi masyarakat Jawa Barat yang tengah menempuh pendidikan di perguruan tinggi, baik yang berprestasi di bidang akademik maupun non-akademik. Program ini sudah berjalan selama tiga tahun.

Menurut Bey, program yang diluncurkan pada era Gubernur Ridwan Kamil seharusnya dilaksanakan dengan transparan, apalagi keputusan terkait penerima beasiswa telah diumumkan.

"Kemarin kami evaluasi, dan memang harus lebih transparan. Meski pengumuman sudah keluar, tetap ada kemungkinan untuk dianulir jika ditemukan ketidaktransparanan dalam prosesnya," ujar Bey saat ditemui di Gedung Sate, Selasa (22/10/2024), seperti dilansir Antara.

Bey telah meminta Inspektorat dan Satpol PP melalui Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) untuk mendalami proses tersebut. Hal ini bertujuan agar program JFLS dapat diperbaiki di masa mendatang.

"Tujuannya adalah agar penerima beasiswa benar-benar yang berprestasi dan membutuhkan. Jangan sampai beasiswa diberikan tanpa dasar yang jelas," tegasnya.

Bey juga menyebutkan bahwa program JFLS diketahui oleh masyarakat mulai dari pendaftaran hingga seleksi perguruan tinggi, sehingga transparansi dalam seluruh prosesnya sangat penting. Termasuk seleksi administrasi dan pengumuman penerima beasiswa.

"Mereka yang tidak lolos juga harus mendapat penjelasan yang jelas agar tidak ada kecurigaan," katanya.

Sementara itu, Kepala Satpol PP Jawa Barat, Ade Afriandi, menyatakan telah menerima arahan dari Bey untuk menelusuri administrasi dan teknis perekrutan JFLS 2024.

Ia menegaskan, Satpol PP memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan terhadap Peraturan Daerah, termasuk pemeriksaan terhadap individu, badan publik, dan ASN.

Bersama Auditor Inspektorat Jabar, Ade akan menindaklanjuti dugaan pelanggaran dalam pelaksanaan JFLS 2024.

"Kami akan melanjutkan penyelidikan jika ditemukan adanya pelanggaran," ujarnya.

Ade juga mengungkapkan pernah menjabat sebagai Plh Kadisdik Jabar dari Mei hingga September 2024.

Namun, selama masa jabatannya, belum ada pembahasan terkait JFLS 2024 karena saat itu ia diminta fokus pada pelaksanaan PPDB 2024.

Dari informasi yang diperoleh, program JFLS 2024 diduga mengandung beberapa indikasi kecurangan, seperti status perguruan tinggi rekanan yang tidak jelas, laporan rekrutmen yang tidak pernah diumumkan, serta proses seleksi yang tidak transparan.

Dari 46.000 pendaftar, hanya 400 orang yang lolos. Namun, hasil seleksi tersebut tidak pernah diumumkan secara resmi, dengan alasan untuk meredam potensi konflik.

https://bandung.kompas.com/read/2024/10/22/123336878/beasiswa-untuk-mahasiswa-asal-jabar-dianggap-tak-transparan-bey-sebut-bisa

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com