Salin Artikel

Polisi Tangkap 2 Begal yang Tewaskan Ayah Saat Jemput Putrinya di Bogor, 1 Pelaku Bunuh Diri

Aksi begal yang menewaskan seorang ayah bernama Iwan Irawan (58) itu terjadi satu bulan lalu atau Senin (30/9/2024).

Kapolsek Ciampea Kompol Suminto mengatakan, pembegalan itu dilakukan oleh tiga pelaku bernama Ajum (37), Rian (24), dan Sugandi (57).

Sebanyak dua dari tiga pelaku begal telah ditangkap, sedangkan satu orang dinyatakan meninggal dunia sebelum ditangkap.

"Pada hari Selasa sekitar jam 04.30 WIB, Polsek Ciampea telah melakukan penangkapan pelaku pencurian dengan kekerasan yang mengakibatkan hilangnya nyawa Iwan Irawan. Dua orang sudah kami amankan, sedangkan satu orang pelaku bernama Sugandi meninggal dunia," kata Suminto saat dihubungi, Selasa.

Suminto menjelaskan, para pelaku begal ditangkap di lokasi berbeda di Kabupaten Bogor.

Anggota Unit Reskrim Polsek Ciampea awalnya menangkap pelaku bernama Ajum yang bersembunyi di rumah kontrakan istri keduanya di daerah Cibanteng, Ciampea.

Setelah menangkap Ajum, polisi kemudian berhasil meringkus Rian di kediamannya di daerah Sukajadi, Tamansari. Kerja polisi dimudahkan dengan keterangan dari kedua pelaku tersebut. 

Anggota Reskrim kemudian melakukan pengembangan dengan mendatangi rumah pelaku lainnya lagi bernama Sugandi. 

Namun, Sugandi yang merupakan otak pelaku tersebut sudah gantung diri sebelum hendak ditangkap.

"Sugandi gantung diri sebelum ditangkap, jadi yang saat ini diringkus ada dua orang pelaku bernama Ajum dan Rian itu," ucap Suminto.

Dari penangkapan pelaku, polisi mengamankan barang bukti berupa satu unit motor milik korban (Iwan Irawan), satu helm, dan motor Yamaha warna putih yang digunakan dalam melakukan aksi begal.

Kepada polisi, kedua pelaku mengakui perbuatannya telah membegal seorang ayah yang hendak menjemput putrinya pada Senin (30/9/2024) sekitar pukul 01.15 WIB di Jalan Raya Cihideung Ilir.

"Keterangan dari para pelaku bahwa mereka sudah merencanakan aksi begal tersebut. Jadi sudah direncanakan bersama, otak pelaku perencanaan tersebut adalah Sugandi (almarhum)," ujarnya.

Kini, kedua begal tersebut ditetapkan sebagai tersangka dan digelandang ke kantor polisi.

Atas perbuatannya, Ajum dan Rian dikenakan Pasal 365 (3) KUHPidana dan atau 338 jo 340 KUHPidana dengan ancaman kurungan 20 tahun dan hukuman mati dan atau seumur hidup.

"Mereka dijerat pasal tentang perkara tindak pidana pencurian dengan pemberatan yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia," jelas Suminto.

Diberitakan sebelumnya, Iwan Irawan (58), seorang ayah tewas setelah diduga menjadi korban begal yang terjadi di Jalan Raya Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (30/9/2024) dini hari.

Saat itu, Iwan mengendarai motor dari Cihideung Udik untuk menjemput putrinya ke Kota Bogor.

"Menurut keterangan yang kami dapat begitu, dia (korban) mau jemput putrinya. Nah, di jalan ada kejadian itu (begal). Dia mau jemput putrinya sekitar jam 01.15 WIB," kata Kapolsek Ciampea Kompol Suminto saat dihubungi Kompas.com, Rabu (2/10/2024).

https://bandung.kompas.com/read/2024/10/22/160628778/polisi-tangkap-2-begal-yang-tewaskan-ayah-saat-jemput-putrinya-di-bogor-1

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com