Salin Artikel

Dampak Limbah Batu Bara, Warga Bandung Barat Mengeluh Flu dan Radang

BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Suprianto (63) merasakan dampak serius dari pencemaran udara akibat limbah batu bara yang dibuang sembarangan di kampungnya.

Gundukan debu berwarna hitam pekat terlihat menumpuk di sepanjang jalan di Kampung Rongga, Desa Cihampelas, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, sejak dua bulan lalu.

Selama periode tersebut, sejumlah warga yang beraktivitas di sekitar area gundukan limbah batu bara mengeluhkan gangguan kesehatan, mulai dari flu hingga radang tenggorokan.

"Dampaknya kemarin waktu hujan terlihat perubahan air jadi warna hitam pekat. Terus kalau tidak hujan, debu limbahnya cukup tebal beterbangan. Jadi, ke anak-anak menyebabkan flu dan radang tenggorokan," kata Supri di lokasi.

Gangguan kesehatan yang dialami warga ini diduga disebabkan polusi udara yang muncul dari fly ash bottom ash (FABA) yang tertiup angin dan terhirup oleh mereka.

"Ini limbah berupa abu warna hitam. Sehingga kalau ada angin, kebul. Kalau sudah gitu, kehisap sama kita," papar Supri.

Para petani di daerah tersebut juga mengungkapkan kekhawatiran mereka terkait potensi kerusakan lahan pertanian akibat limbah batu bara ini, terutama ketika hujan turun dan limbah mengalir ke persawahan.

"Untuk saat ini dampak ke pertanian belum terlalu kelihatan. Karena mungkin belum ada hujan. Baru debunya yang kerasa," ujar Supri.

Material limbah debu batu bara ini diduga sengaja ditumpuk di sepanjang jalan irigasi di kampung tersebut.

Menurut kesaksian Supri, setiap harinya selalu ada truk yang mengangkut dan menurunkan limbah tanpa izin dari warga sekitar.

"Kalau kegiatan buang-angkutnya sudah dari dua bulan lalu. Setiap harinya selalu ada sekitar 15 sampai 16 kali angkut. Kalau yang buangnya kurang tahu dari mana dan siapa," jelas Supri.

Lebih lanjut, Supri menyampaikan bahwa tidak ada komunikasi yang jelas kepada warga mengenai aktivitas pembuangan limbah tersebut.

"Gak ada (komunikasi) ke warga mah. Cuma dari cerita sudah ada izin dari pihak desa katanya. Kalau warga taunya ada yang buang aja," lanjutnya.

Saat ini, gundukan limbah batu bara tersebut telah diamankan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bandung Barat.

Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLH) telah memasang garis pembatas dan menghitung jumlah limbah yang diduga sengaja ditumpuk di Kampung Rongga.

https://bandung.kompas.com/read/2024/10/22/174816278/dampak-limbah-batu-bara-warga-bandung-barat-mengeluh-flu-dan-radang

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com