KOMPAS.com - Banjir bandang akibat luapan Sungai Citarum melanda Kabupaten Bandung, khususnya di Kampung Muara, Desa Banjaran Wetan, Kecamatan Banjaran, Selasa (5/11/2024) malam.
Tingginya curah hujan sejak sore hari menyebabkan air sungai meluap hingga merendam rumah warga dengan ketinggian air mencapai 2 meter. Peristiwa tersebut sempat terekam kamera dan menjadi viral di media sosial.
Dalam sejumlah video yang bereda, tampak barang-barang milik warga, seperti sofa dan sepeda motor, hanyut terbawa arus banjir.
"Air di rumah saya sekarang ada sekitar 2 meter. Kebetulan rumah saya dua lantai, jadi lantai bawah sudah terendam semua," kata Dias Candra (21), seorang warga Kampung Muara.
Menurutnya, banjir mulai merendam rumahnya pada pukul 18.30 WIB, setelah hujan deras yang dimulai sekitar pukul 15.00 WIB.
Dias menyatakan, rumahnya berada di dataran rendah dan dekat dengan Sungai Citarum, sehingga banjir cepat masuk.
Selain Kampung Muara, beberapa kecamatan lain di Kabupaten Bandung turut terdampak banjir.
Menurut Kepala BPBD Kabupaten Bandung, Uka Puji Suska Puji Utama, banjir terjadi di Kecamatan Banjaran, Arjasari, Baleendah, dan Cangkuang dengan ketinggian air bervariasi, mulai dari 50 hingga 60 sentimeter.
"Terjangan banjir di Bandung Selatan ini terjadi akibat luapan Sungai Citarum dan anak-anak sungainya setelah hujan lebat mengguyur wilayah tersebut," jelas Uka.
Saat ini, BPBD masih berfokus pada evakuasi warga yang terdampak dan mengamankan mereka ke tempat yang lebih aman.
Banjir di beberapa titik menyebabkan jalan-jalan terputus, seperti di jalan Cikutil-Bongpulus. Hal ini membuat akses warga dan kendaraan terganggu.
Ketua Kelompok Informasi Masyarakat (KIM), Dede Hardi, mengatakan bahwa pihaknya bersama tim gabungan tengah berada di lokasi untuk membantu warga yang terjebak banjir.
“Ya, betul, Cikutil-Bongpulus terputus karena jalan terendam banjir. Kami bersama tim gabungan saat ini berada di lokasi untuk menolong jika ada yang terjebak,” ujar Dede pada pukul 21.00 WIB melalui pesan singkat.
Dias juga menyebutkan bahwa akses keluar-masuk kampungnya sangat sulit karena hampir semua jalan tertutup banjir.
“Akses jalan sekarang sulit karena semua tertutup banjir. Ada juga warga yang dievakuasi dari atap rumah ke rumah warga lain yang ada lantai duanya,” terang Dias.
Kondisi diperparah dengan pemadaman listrik yang membuat warga hanya bisa bertahan di lantai dua rumah masing-masing tanpa penerangan.
Uka Puji menambahkan, saat ini kebutuhan mendesak bagi warga yang terdampak adalah obat-obatan, selimut, dan makanan siap saji atau sembako.
Tim BPBD dan pihak terkait di lapangan sedang mendata jumlah rumah yang terendam banjir dan memprioritaskan bantuan pada wilayah terdampak paling parah. Banjir di kawasan Banjaran dan sekitarnya bukanlah kejadian yang langka bagi warga.
Dias mengungkapkan, banjir di kampungnya telah menjadi kejadian yang hampir rutin terjadi, terutama saat hujan deras.
“Dari saya masih kecil, banjir di sini memang sudah sering terjadi. Kalau curah hujan tinggi, pasti banjir, apalagi kalau di daerah atas Arjasari juga hujan,” katanya.
https://bandung.kompas.com/read/2024/11/06/123118978/dampak-bencana-banjir-bandang-di-kabupaten-bandung-akses-jalan-putus-warga