Salin Artikel

Elektabilitas Unggul di Survei Indikator, Dedi Mulyadi: Hubungan Saya dan Warga Jabar Bukan Cinta Musiman

Survei ini diumumkan pada Kamis (21/11/2024) dan menunjukkan bahwa pasangan Dedi-Erwan tetap unggul meski diterpa berbagai isu dan kontroversi yang kerap menyudutkan mereka.

Dedi Mulyadi, dalam wawancaranya dengan Kompas.com via panggilan ponsel pada Kamis, menjelaskan alasan mengapa elektabilitas dirinya tetap tinggi di tengah banyaknya serangan isu negatif.

Menurut Dedi, mayoritas warga Jawa Barat, sekitar 80 persen, bersikap rasional, toleran, dan memiliki hati yang besar.

"Rasional artinya warga Jabar lebih mengutamakan pikiran sehat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Toleran berarti mereka memberi ruang bagi siapa saja untuk hidup berdampingan. Sedangkan punya hati berarti mereka cenderung melibatkan perasaan dalam setiap tindakan," ujar Dedi.

Lebih lanjut, Dedi menegaskan bahwa sifat-sifat tersebut membuat warga Jawa Barat sulit digoyahkan.

"Kalau sudah jatuh hati, mereka sulit berubah meski diiming-imingi apapun. Contohnya, kalau sudah punya dokter langganan, mereka tidak akan beralih ke dokter lain," katanya.

Dedi juga memberikan contoh lain, seperti fenomena rebutan kursi di sekolah, di mana siswa enggan berpindah tempat meskipun ada opsi lain.

Dedi menjelaskan bahwa selama ini dirinya berusaha memenuhi kebutuhan warga Jawa Barat dengan melakukan tindakan konkret yang menggugah perasaan.

Ia sering membantu menyelesaikan masalah pribadi warganya, meski terbatas oleh kapasitasnya.

"Saya membantu mereka yang rumahnya roboh, yang tidak punya biaya berobat, yang anaknya ditahan karena tidak mampu membayar biaya pengobatan, serta mengadvokasi mereka yang mengalami kriminalisasi," ungkap Dedi.

Menurutnya, empati dan keberanian merupakan kombinasi yang dibutuhkan untuk membangun hubungan yang kuat dengan masyarakat.

"Empati saja tidak cukup kalau tidak ada nyali," tambah Dedi.

Lebih jauh, Dedi menegaskan bahwa hubungannya dengan warga Jawa Barat bukan semata-mata hubungan politik, melainkan hubungan emosional yang terjalin sepanjang waktu.

"Hubungan politik itu musiman, tapi cinta saya kepada warga Jawa Barat bukan cinta semusim," kata Dedi dengan tegas.

Meski begitu, Dedi mengakui adanya penurunan elektabilitas dalam beberapa lembaga survei akibat adanya pemilih yang belum memutuskan (undecided voters) serta dampak dari dugaan money politics yang terjadi di daerah-daerah yang sejalur dengan calon-calon lain.

"Itu yang membuat elektabilitas sedikit turun. Namun, masih ada margin error dalam hasil survei tersebut," tambah Dedi.

Dengan elektabilitas yang tetap tinggi dan dukungan kuat dari warga, Dedi Mulyadi dan Erwan tetap optimistis untuk melanjutkan perjuangan mereka dalam Pilgub Jawa Barat 2024.

https://bandung.kompas.com/read/2024/11/21/165058178/elektabilitas-unggul-di-survei-indikator-dedi-mulyadi-hubungan-saya-dan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com